Lamunan Bisu

Jumat, 05 Mei 2017

Kekasih Dalam Gelap

Nyanyian angin malam diiringi suara merdu pepohonan  menemani Rhezas dalam ruang hampa nan gelap, membuatnya teringat pada salah satu cinta yang datang menjemputnya.  Dalam detik-detik hembusan nafas, kian jam, menit, detik, dia terdiam. Menunggu datangnya keindahan, akhirnya bayangan begitu indah menghampirinya, entah  siapa dia, tiba-tiba menyapanya dengan suara merdu “hai lagi ngapain? Dah lama nih kayaknya. aku lihat kamu termenung sendiri, kenapa?” 
Rhezaspun hanya terdiam memikirkaan siapa yang berada didepanya, kemudian wanita yang bersuara merdu itu bertanya lagi dengan nada yang begitu lembut “kenapa hanya diam. Bolehkah aku temanimu?” Rhezas hanya bisa pusing dengan pertanyaanya, tapi dengan suara terpaksa dia menjawab “aku ini berdiam entah kenapa, aku tidak tahu ada apa denganku,  siapa aku, dari mana, dan kenapa sekarang ada disini,”. perempuan misteriuspun menjawab dengan suaranya yang begitu merdu “malam ini adalah milik kita, kau dan aku ditakdirkan ada disini untuk melampiaskan rasa cinta kita, yang sudah lama hilang entah kemana”. “jika memang malam ini milik kita lantas kenapa kita harus dipertemukan didalam ruang yang begitu gelap gulita” jawa Rhezas. “kita dipertemukan disini karena Tuhan sayang kita, jadi nikmati saja keindahan malam ini”. Entah kenapa, nyanyian angin semakin terdengar, dan membangunkan hati kecil Rhezas, sehingga diapun balik bertanya pada wanita misterius itu, “aku terbuai terdiam menunggu cintamu, entah kepastian atau nyata yang akan aku dapatkan”. “akupun demikian, banyak hari, minggu, bulan bahkan tahun lamanya aku menunggu cinta yang pasti, tapi selama ini tiada satupun cinta yang datang menemuiku dengan kepastian yang pasti”. “jika memang malam ini milik kita, lantas kenapa kau memilihku untuk kau jadikan yang terakhir” wanitapun terdiam terpaku dengan pertanyaan Rhezas, ”aku memilihmu bukan karena cinta, sayang, atau asmara seperti yang dirasakan kaum pemuda saat ini, tapi aku memilihmu karena hatiku berkata kaulah yang terbaik dan aliran nadikupun meraskan suatu yang berbeda saat melihatmu termenung sendiri”. “entah apa yang harus aku pilih malam ini, memilihmu atau tidak, apa mungkin aku seperti hari-hari sebelumnya bersama malam malam yang begitu indah?”. “tiada cinta seindah malam ini,aku mohon pilihlah aku sebagai temanmu dalam tiap malammu”. “aku tidak bisa memastikan apakah ku harus memilihmu atau tidak, karena aku saat ini tidak dapat melihatmu dengan pasti, hanya suaramu yang senantiasa hadir dalam bayanganku”. Wanitapun hanya bisa diam karena kebingungan Rhezas.
Malam semakin larut, Rhezas ditemani oleh wanita yang begitu merdu suaranya, syair syair yang indah senantiasaa menemani Rhezas dan sering menyapanya dengan manja, sungguh malam itu hanya wanita misteriuslah yang senantiasa jadi teman, baik suka atau duka, malampun menyapa dengan lirih senyuman yang begitu indah, membangunkan hati Rhezas hingga membuatnya bertanya-tanya tentang wanita yang entah belum diketahui status aslinya, hingga akhirnya terbukalah mulut Rhezas dengan syair puisinya
Tuhan kenapa engkau jadikan malam begitu sunyi
sehingga ku tidak dapat meraba
Tuhan kenapa engkau jadikan hati yang begitu rapuh
jika ku tidak dapat merasakan cintanya
Tuhan kenapa engkau jadikan tangan yang begitu indah
jika ku tidak dapat membelainya
Tuhan kenapa engkau jadikan mata yang begitu bening
jika ku tidak dapat melihatnya
Tuhan kenapa engkau jadikan tubuh yang begitu sempurna
jika ku tidak dapat memeluknya
Tuhan kenapa engkau jadikan semuanya
jika aku tidak dapat merasakanya
kenapa Tuhan….?
Wanitapun terdiam dalam keadaan terpaku, entah karena apa dan kenapa  meneteslah air matanya hingga membasahi pipi indahnya, dalam keadaan mata berkaca kaca diapun berkata
“malam ini memang begitu sunyi tapi tidak dengan  cintaku,
hatikupun begitu rapuh tapi tidak dengan cintaku,
tangankupun tidak dapat membelaimu tapi tidak dengan cintaku,
matakupun tidak dapat melihatmu tapi tidak dengan cintaku,
sunngguh aku hanyalah wanita yang hanya mengharapkan kesetiaan”
. “entah bisa atau tidak aku setia, tapi yakinkan aku untuk setia” seru Rhezaz.  malam semakin sunyi hinga terdengar kokok ayam adalah gambaran malam akan digantikan pagi, wanitapun harus pergi meski dengan hati pilu karena Rhezas tidak memilihnya untuk dijadikan teman baiknya, dia tidak dapat menahan linangan air matanya  karena dia hanya bisa menyapa malam dan tidak bisa menyapa pagi.
Saat pagi yang begitu indah Rhezas hanya termenung memikirkan wanita yang menemaninya dalam kesunyian malam, entah hanya mimpi atau hanya ilusi semata, pagi menyelinap siang, siangpun menyelinap sore, sorepun menyelinap malam, entah kenapa jika wanita itu datang, tiada bulan dan bintang yang datang menyapa langit, Rhezas semakin termenung hingga akhinya datang kembali wanita yang bersuara merdu, dan kemudian menyapa Rhezas, “kenapa kamu malam ini masih terdiam?”. “entah karena apa aku terdiam, aku hanya tidak habis fikir, kenapa disetiap kehadiranmu bintang dan bulan tidak pernah temani malam kita?”. “mungkin dia masih terdiam dan tidak mau muncul karena melihatmu yang sedang termenung!”. “jika memang dia tidak datang kerena kediamanku, apakah dia tidak kasihan kepadaku, kian malam aku mengharapkan kehadiranya, agar aku dapat melihat wajahmu”. Wanitapun menjawab dengan lirih yang begitu indah “kita pasti akan bersama bintang dan bulan, tapi entah kapan kita akan bersamanya!”. Rhezaspun duduk diatas kursi tua terbuat dari kayu yang sudah mulai rapuh, dan menyaksikan kunang-kunang menari didepannya bersama sepoi angin, wanita tak berwajah itu masih senantiasa menemani Rhezas, setelah beberapa menit terdiam kemudian Rhezas angkat bicara “aku ini hanyalah seseorang yang mengharapkan cinta dan kasih sayang tulus dari seorang wanita”. Wanita suara merdupun terdiam mengingat detik nafasnya yang mungkin tinggal menunggu beberapa pekan lagi, dia berkata pada Rhezas “mungkin aku bukanlah wanita impianmu, karena suatu saat nanti aku akan meninggalkanmu”. “lantas kenapa kamu hadir membawa cinta yang sudah ku anggap terbaik, jika hanya untuk dipermainkan?”. Wanita itupun terdiam, dengan serentak meneteslah air matanya, dia tidak angkat bicara dengan pertanyaan Rhezas. Kemudian Rhezas bertanya “kenapa kamu menangis? adakah yang salah denagan pertanyaanku ini?”. “kamu tidak salah, ini salahku yang tidak memberi tahumu tentangku siapa aku dan dari mana”. “ lantas kenapa kamu masih menangis bukankah tangisanmu hanyalah tipu dayamu agar aku dapat memilihmu”. “aku menangis bukan karena akan meninggalkanmu atau mengelabuhimu agar memilihku, tapi aku menangis karena aku sudah tidak kuat dengan diri ini”. Malam semakin larut Rhezaspun pusing dengan jawaban wanita itu, lalu dia bertanya “memangnya ada apa denganmu?”. “semuanya akan aku ceritakan kepadamu jika kamu sudah mengetahui siapa aku sebenarnya, dan malam ini aku harus pergi, maafkan aku jika tidak dapat menemanimu hingga pagi”.
Malampun menyelinap pagi, Rhezas bergegas ingin bertemu lagi denganya,dia menungu malam tiba, hingga sampailah malam, tapi malam itu wanita yang bersuara merdu tidak datang menemuinya, hanya rembulan dan bintang yang sedang asyik menyinari bumi, malam selanjutnya Rhezas masih setia menanti kehadiranya tapi belum juga datang, hingga beberapa malam selanjutnya dia menanti dan tetap setia duduk diatas kursi tua yang senantiasa dia duduki dalam tiap malam, beberapa detik, menit, jam dia menunggu wanita misterus itu, hingga akhirnya datanglah seorang wanita kulit putih, tinggi, dan rambut panjangnya yang menghiasi wajahnya yang oval dengan sinar mata yang begitu indah dan, cerah, diapun menyapa Rhezas dengan senyuman yang begitu indah “apa kabar? Maafkan aku jika akhir akhir ini tidak dapat menemani malammu’’, mendengar suara yang begitu indah Rhezas terpaku melihatnya, wanita yang senatiasa menemaninya ternyata dia bukan hanya cantik tapi juga indah, diapun bertanya pada wanita yang berwajah rupawan itu “benarkah ini kamu? yang senantiasa menemaniku dalam tiap malamku”. “iya, memangnya ada yang salah denganku?”. “tidak,aku hanya termenung melihatmu, kecantikanmu, lembut suaramu, indah rambutmu telah membawa seakan kealam mimpiku”. “terimakasih atas pujiamu padaku,”. “iya, sama-sama, oh iya, kalo boleh tahu, hal apakah yang akan kamu katakan padaku? Karena kau telah berjanji akan menceritakan sesuatu padaku”. Wanita cantik itu hanya terdiam, dengan terpaksa dia menjawab, “sebenarnya aku ini adalah wanita yang juga mengharapkan cinta dan kasih sayang dari seseorang yang tulus mencintaiku”. “siapapun tidak dapat mengetahui arti ketulusan cinta, mungkin aku bukan orang yang pantas kau pilih” jawab Rhezas. “akupun juga, mungkin aku bukan orang yang pantas kau jadikan kekasih, karena aku tidak dapat menemanimu selamanya”. “kenapa kata-kata seperti itu yang sering kau ucapkan?”. “andai kamu ketahui sebenarnya umurku ini sudah tidak lama lagi”. “kenapa kamu bilang seperti itu”. “ akhir akhir ini aku sering pingsan, dan kemaren aku terjatuh pingsan lagi serta mimisan dan disetiap aku batuk pasti bercampur darah,  kemudian aku dibawa ke RS, ternyata dokter yang menanganiku sudah tidak sanggup lagi, karena aku terkena kangker hati stadium akhir, dan aku bertahan hingga sekarang karena keseharianku bergantung pada obat obatan”. Mendengar ucapannya, Rhezas dengan tidak sengaja meneteskan air mata hinnga membasahi pipinya, tampa disadari siwanita juga mengeluarkan air mata, malam itu menjadi malam yang begitu sunyi, angin dan pepohonan terdiam menyaksikannya, meski dalam keadaan menangis Rhezas berkata “sabar saja, aku akan temanimu meski dalam duka, yakinlah Tuhan pasti akan menolongmu dan menyembuhkan penyakitmu”. Wanita itu tidak berkata apa-apa dia hanya berdiam sambil bercucuran air mata, Rhezaspun meyakinkannya bahwa penyakitnya pasti sembuh dan dia juga rela temaninya dalam tiap malam dan siang .