Nyanyian angin malam
diiringi suara merdu pepohonan menemani Rhezas
dalam ruang hampa nan gelap, membuatnya teringat pada salah satu cinta yang
datang menjemputnya. Dalam detik-detik
hembusan nafas, kian jam, menit, detik, dia terdiam. Menunggu datangnya
keindahan, akhirnya bayangan begitu indah menghampirinya, entah siapa dia, tiba-tiba menyapanya dengan suara
merdu “hai lagi ngapain? Dah lama nih kayaknya. aku lihat kamu termenung
sendiri, kenapa?”
Malam semakin larut, Rhezas
ditemani oleh wanita yang begitu merdu suaranya, syair syair yang indah
senantiasaa menemani Rhezas dan sering menyapanya dengan manja, sungguh malam
itu hanya wanita misteriuslah yang senantiasa jadi teman, baik suka atau duka,
malampun menyapa dengan lirih senyuman yang begitu indah, membangunkan hati Rhezas
hingga membuatnya bertanya-tanya tentang wanita yang entah belum diketahui
status aslinya, hingga akhirnya terbukalah mulut Rhezas dengan syair puisinya
Tuhan kenapa engkau
jadikan malam begitu sunyi
sehingga ku tidak
dapat meraba
Tuhan kenapa engkau
jadikan hati yang begitu rapuh
jika ku tidak dapat
merasakan cintanya
Tuhan kenapa engkau
jadikan tangan yang begitu indah
jika ku tidak dapat
membelainya
Tuhan kenapa engkau
jadikan mata yang begitu bening
jika ku tidak dapat
melihatnya
Tuhan kenapa engkau
jadikan tubuh yang begitu sempurna
jika ku tidak dapat
memeluknya
Tuhan kenapa engkau
jadikan semuanya
jika aku tidak dapat
merasakanya
kenapa Tuhan….?
Wanitapun terdiam
dalam keadaan terpaku, entah karena apa dan kenapa meneteslah air matanya hingga membasahi pipi
indahnya, dalam keadaan mata berkaca kaca diapun berkata
“malam ini memang
begitu sunyi tapi tidak dengan cintaku,
hatikupun begitu
rapuh tapi tidak dengan cintaku,
tangankupun tidak
dapat membelaimu tapi tidak dengan cintaku,
matakupun tidak dapat
melihatmu tapi tidak dengan cintaku,
sunngguh aku hanyalah
wanita yang hanya mengharapkan kesetiaan”
. “entah bisa atau
tidak aku setia, tapi yakinkan aku untuk setia” seru Rhezaz. malam semakin sunyi hinga terdengar kokok
ayam adalah gambaran malam akan digantikan pagi, wanitapun harus pergi meski
dengan hati pilu karena Rhezas tidak memilihnya untuk dijadikan teman baiknya, dia
tidak dapat menahan linangan air matanya karena dia hanya bisa menyapa malam dan tidak
bisa menyapa pagi.
Saat pagi yang begitu
indah Rhezas hanya termenung memikirkan wanita yang menemaninya dalam kesunyian
malam, entah hanya mimpi atau hanya ilusi semata, pagi menyelinap siang,
siangpun menyelinap sore, sorepun menyelinap malam, entah kenapa jika wanita
itu datang, tiada bulan dan bintang yang datang menyapa langit, Rhezas semakin
termenung hingga akhinya datang kembali wanita yang bersuara merdu, dan
kemudian menyapa Rhezas, “kenapa kamu malam ini masih terdiam?”. “entah karena
apa aku terdiam, aku hanya tidak habis fikir, kenapa disetiap kehadiranmu
bintang dan bulan tidak pernah temani malam kita?”. “mungkin dia masih terdiam
dan tidak mau muncul karena melihatmu yang sedang termenung!”. “jika memang dia
tidak datang kerena kediamanku, apakah dia tidak kasihan kepadaku, kian malam
aku mengharapkan kehadiranya, agar aku dapat melihat wajahmu”. Wanitapun
menjawab dengan lirih yang begitu indah “kita pasti akan bersama bintang dan
bulan, tapi entah kapan kita akan bersamanya!”. Rhezaspun duduk diatas kursi
tua terbuat dari kayu yang sudah mulai rapuh, dan menyaksikan kunang-kunang menari
didepannya bersama sepoi angin, wanita tak berwajah itu masih senantiasa
menemani Rhezas, setelah beberapa menit terdiam kemudian Rhezas angkat bicara
“aku ini hanyalah seseorang yang mengharapkan cinta dan kasih sayang tulus dari
seorang wanita”. Wanita suara merdupun terdiam mengingat detik nafasnya yang
mungkin tinggal menunggu beberapa pekan lagi, dia berkata pada Rhezas “mungkin
aku bukanlah wanita impianmu, karena suatu saat nanti aku akan meninggalkanmu”.
“lantas kenapa kamu hadir membawa cinta yang sudah ku anggap terbaik, jika
hanya untuk dipermainkan?”. Wanita itupun terdiam, dengan serentak meneteslah
air matanya, dia tidak angkat bicara dengan pertanyaan Rhezas. Kemudian Rhezas
bertanya “kenapa kamu menangis? adakah yang salah denagan pertanyaanku ini?”.
“kamu tidak salah, ini salahku yang tidak memberi tahumu tentangku siapa aku
dan dari mana”. “ lantas kenapa kamu masih menangis bukankah tangisanmu
hanyalah tipu dayamu agar aku dapat memilihmu”. “aku menangis bukan karena akan
meninggalkanmu atau mengelabuhimu agar memilihku, tapi aku menangis karena aku
sudah tidak kuat dengan diri ini”. Malam semakin larut Rhezaspun pusing dengan
jawaban wanita itu, lalu dia bertanya “memangnya ada apa denganmu?”. “semuanya
akan aku ceritakan kepadamu jika kamu sudah mengetahui siapa aku sebenarnya,
dan malam ini aku harus pergi, maafkan aku jika tidak dapat menemanimu hingga
pagi”.
Malampun menyelinap
pagi, Rhezas bergegas ingin bertemu lagi denganya,dia menungu malam tiba,
hingga sampailah malam, tapi malam itu wanita yang bersuara merdu tidak datang
menemuinya, hanya rembulan dan bintang yang sedang asyik menyinari bumi, malam
selanjutnya Rhezas masih setia menanti kehadiranya tapi belum juga datang,
hingga beberapa malam selanjutnya dia menanti dan tetap setia duduk diatas
kursi tua yang senantiasa dia duduki dalam tiap malam, beberapa detik, menit,
jam dia menunggu wanita misterus itu, hingga akhirnya datanglah seorang wanita
kulit putih, tinggi, dan rambut panjangnya yang menghiasi wajahnya yang oval
dengan sinar mata yang begitu indah dan, cerah, diapun menyapa Rhezas dengan
senyuman yang begitu indah “apa kabar? Maafkan aku jika akhir akhir ini tidak
dapat menemani malammu’’, mendengar suara yang begitu indah Rhezas terpaku
melihatnya, wanita yang senatiasa menemaninya ternyata dia bukan hanya cantik
tapi juga indah, diapun bertanya pada wanita yang berwajah rupawan itu
“benarkah ini kamu? yang senantiasa menemaniku dalam tiap malamku”. “iya,
memangnya ada yang salah denganku?”. “tidak,aku hanya termenung melihatmu,
kecantikanmu, lembut suaramu, indah rambutmu telah membawa seakan kealam
mimpiku”. “terimakasih atas pujiamu padaku,”. “iya, sama-sama, oh iya, kalo
boleh tahu, hal apakah yang akan kamu katakan padaku? Karena kau telah berjanji
akan menceritakan sesuatu padaku”. Wanita cantik itu hanya terdiam, dengan
terpaksa dia menjawab, “sebenarnya aku ini adalah wanita yang juga mengharapkan
cinta dan kasih sayang dari seseorang yang tulus mencintaiku”. “siapapun tidak
dapat mengetahui arti ketulusan cinta, mungkin aku bukan orang yang pantas kau
pilih” jawab Rhezas. “akupun juga, mungkin aku bukan orang yang pantas kau
jadikan kekasih, karena aku tidak dapat menemanimu selamanya”. “kenapa kata-kata
seperti itu yang sering kau ucapkan?”. “andai kamu ketahui sebenarnya umurku
ini sudah tidak lama lagi”. “kenapa kamu bilang seperti itu”. “ akhir akhir ini
aku sering pingsan, dan kemaren aku terjatuh pingsan lagi serta mimisan dan
disetiap aku batuk pasti bercampur darah, kemudian aku dibawa ke RS, ternyata dokter
yang menanganiku sudah tidak sanggup lagi, karena aku terkena kangker hati stadium
akhir, dan aku bertahan hingga sekarang karena keseharianku bergantung pada
obat obatan”. Mendengar ucapannya, Rhezas dengan tidak sengaja meneteskan air
mata hinnga membasahi pipinya, tampa disadari siwanita juga mengeluarkan air
mata, malam itu menjadi malam yang begitu sunyi, angin dan pepohonan terdiam
menyaksikannya, meski dalam keadaan menangis Rhezas berkata “sabar saja, aku
akan temanimu meski dalam duka, yakinlah Tuhan pasti akan menolongmu dan
menyembuhkan penyakitmu”. Wanita itu tidak berkata apa-apa dia hanya berdiam
sambil bercucuran air mata, Rhezaspun meyakinkannya bahwa penyakitnya pasti
sembuh dan dia juga rela temaninya dalam tiap malam dan siang .