Lamunan Bisu

Minggu, 11 September 2016

ILMU TAUHID



  A.    Pengertian Tauhid
            Menurut bahasa, Di dalam bahasa arab, tauhid adalah mashdar dari kata وَحَّدَ – يُوَحِّدُ – تَوْحِيْدًا  yang berarti mengesakan, adapun kata TAU-HID yang artinya “Keesaan Allah”, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. ME-NAU-HID-KAN adalah mengakui keesaan Allah; Mengesakan Allah.
            Menurut istilah, TAUHID adalah ilmu yang membahas tentang “Wujud Allah” tentang sifat wajib yang tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh di sifatkan kepada-Nya dan   tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya; juga membahas tentang rhosul-rhosul Allah, meyakinkan kerasulan  mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada diri mereka , apa yang boleh dihubungkan (nisbah) kepada diri mereka dan apa yang terlarang di hubungkan kepada diri meraka[1]. 
1.      Sejarah Ilmu Tauhid
      TAUHID  artinya mengetahui atau mengenal ALLAH TA’ALA, mengetahui dan menyakinkan bahwa ALLAH TA’ALA itu tunggal tidak ada sekutunya[2]. karena hakekatnya Allah yang mempunyai sifat kesempurnaan, kekekalan dan kekuasaan yang tiada batas, pencipta alam semista dan isinaya, serta  memegang kendali penuh atas segala hal yang dicipta-Nya. Hanya Allah yang dapat menyelamatkan manusia dan menganuggrahkan rezeki fisik maupun spiritual yang dibutuhkan hambanya[3]. 
“katakanlah, dialah ALLAH, yang maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. dia tidak beranak dan tidak diperanakan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya. (Qs, Al-Ikhlas)”
2.      Perkembangan Tauhid
       Semenjak hadirnya nabi Adam dan Sitti Hawa di bumi, yang sekaligus menjadi nenek moyang umat manusia, ilmu tauhid mulai diajarkan pada anak-anaknya secara bersih, murni dan jujur. dan taat kepada keasaan Allah. selain mengajarkan dan memimpin ketauhidan kepada Allah SWT., juga membawa dan mengajarkan syariatnya, yang diantaranya disyari’atkan dalam agama yang dibawa Nabi Muhammad sebagai bukti adanya hubungan yang erat antara syari’at Ibrahim dan Nabi Muhmmad[4].
      Al-Qur’an datang menunjukan sifat-sifat Allah ; sekalipun ia lebih dekat untuk mensucikan sifat-sifat yang pernah dilekatkan oleh bangsan  yang dulu-dulu[5]. 
      Setelah nabi adam wafat, banyak lagi Nabi-nabi yang dibangkitkan, seperti nabi Nuh, nabi Ibrahim a.s dan Nabi Muhammad. untuk menuntun dan memimpin ummat. karena fitrah manusia yang suka dipimpin dan diatur, jika pemimpinya sudah tiada lagi ataupun wafat, maka kehilangan pemimpin mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan dari jalanyang lurus dari ajaran semula[6].
      manusia tampaknya seolah-olah tidak dapat menyelamatkan dirinya dari pembalasan kekuasaan dan kerakusan materi jahatnya, kecuali dia mau mengubah hatinya yang akan mendorongnya untuk menjauhi tujuan keduniawian dan mengikuti ideal yang sebaliknya[7].
      disepanjang abad seluruh budaya menjadi keindahan, keagungan , dan kecerdikan alam semesta fisis. namun demikian hanya kebudayaan ilmiah modern yang telah menciptakan upaya sistematik tentu untuk mengkaji hakikat alam semista dan tempat kita didalamnya[8]
3.      Tokoh-tokoh dalam Tauhid
a)      Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (260-324 H/873-935 M)
     Nama lengkapnya Abu Al-Hasan Ali bin Isma’il bin Abi Bisyr Ishaq Al-Asy’ari al-Yamani al-Bashri. Al-Asy’ari kabilah yang berasal dari Yaman, tapi beliau lahir dan besar di Bashrah – Iraq.
     Abu Hasan Al ‘Asyari mencetuskan pendapat jalan tengah anatar antara aliran ortodoks (salafi) dan aliran rasionalis. Beliau seorang pemikir muslim pendiri paham Asy’ari. Sebelum mendirikan faham Asy’ari, beliau sempat berguru pada seorang Mu’tazilah terkenal, yaitu Abi Ali al-Jubba’i, namun pada tahun 299 H dia mengumumkan keluar dari faham Mu’tazilah, dan mendirikan faham baru yaitu faham atau thariqah Ahli Sunnah Wal Jamaah yang kemudian dikenal sebagai thariqah Asy’ariah. Banyak tokoh pemikir islam yang mendukung pemikiran-pemikiran beliau, salah satunya yang terkenal adalah Imam besar Al-Ghazali, terutama di bidang ilmu Kalam, Tauhid dan Ushuludin.
a)      Abu Manshur Al-Maturidi (875-944 M)
     Muhammad bin Muhammad Al-Maturidi As-Samarqandi berasal diri daerah Maturid di Samarqand- Uzbekistan. Pendapat Al-Maturidy dalam membicarakan masalah ketuhanan, menyatakan bahwa manusia hanya mampu berikhtiar semaksimal mungkin, sedangkan keputusan akhir hanya ada pada kekuasaan AllahAbu Manshur     
     Abu Manshur al-Maturidi sama dengan Abu al-Hasan Al-Asy’ari adalah pemikir muslim dan pendiri faham Ahli Sunnah Wal Jama’ah dengan dalil dalil yang diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw dan juga bersendarkan kepada dalil Aqli. sehingga dia diberi julukan “Imam Al-Huda” atau “Imam al-Mutakalimin”. Abu Mansur al-Maturidi dan Abu al-Hasan merupakan tokoh tokoh pertama yang mendirikan faham Ahli Sunnah Wal Jama’ah terutama dalam ilmu yang bersangkutan dengan Aqidah dan mengenal Allah.           
B.     Macam-macam Tauhid
1.      Bagian dalam ilmu tauhid
a)      Tauhid Uluhiyah
                        Adalah dengan meng-iktikadkan, bahwa Allah sendirilah yang berhak disembah dan yang berhak dituju oleh semua hambanya, atau dengan kata lain adalah percaya sepenuhnya, bahwa Allah-lah yang berhak menerima semua peribadatan makhluk, dan hanya Allah sajalah yang sebenarnya dan yang harus disembah[9].
“dan tuhanmu adalah tuhanmu adalah tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan melainkan dia, yang maha pemurah lagi maha penyayang” (QS.Al-Baqarah: 163)
b)      Tauhid Rububiyah
                        Ialah kepercayaan, bahwa yang diciptaka alam semesta dan seisinya ini, hanya allah sendiri tanpa bantuan siapapun. dunia ini ada, tidak berada dengan sendirinya tetapi ada yang menciptakakan dan ada pula yang menjadikan yaitu Allah. Allah maha kuat, tiada kekuatan yang menyamai af’al Allah. maka timbulah setiap makhluk, untuk meng-agungkan Allah, mahluk harus bertuhan kepada allah, tidak kepada yang lain[10]
“Yang memiliki sifat yang demikian itu Allah tuhan kamu tidak ada tuhan selain Dia, pencipta segala sesuatu, maka subhanallah Dia” (QS. Al-An’aam:102)
c)      Tauhid Ubudiyah
                           sebagai konsekuensi dari keyakinan kita, bahwa tiada tuhan selain Allah. (Tauhid Uluhiyah) dan bahwa tiada yang mencipta, mengurus dan mengatur alam semesta ini selain Allah. (tauhid rubuhiyah) maka itupun harus meyakini bahwa tiada yang berhak mendapat pengabdian (ibadah) dari kita selain Allah. itulah yang dinamakn tauhid Ubudiyah. kata Ubudiyah berasall dari kata kerja “abada” yang berarti mengabdi diri (ibadah), beribadah kepada Allah menyembah kepada-Nya[11].
2.      Aliran-aliran dalam ilmu tauhid
a.       Aliran salaf
Salaf adalah berasaldari bahasa arabyang berarti kuno atau kolot, sedangkan lawanya adalah khalaf yang berarti modem. Jadi aliran salaf adalah aliran kolot, bukan odem[12].
b.      Aliran qadariyah
Berbeda dengan aliran salaf, aliran qadariyah atau juga suka disebut mu’tazilah adalah suatu aliran yang suka mendahlukan akal dan pikiran daripada prinsip ajaran Al-quran dan hadits[13].
c.       Aliran jabariyah
Jalan pikiranya kebalikan dari qadariyah. Orang pertama dari aliran jabariyah ialah jaham bin safwan, sehingga golongan ini suka jga disebut Jahamiyah. Dia mempunyai pendirian bahwa manusia itu terpaksa, tidak mempunyai pilihan dan kekuasaan[14].
d.      Aliran mu’tazilah
Hasan basry seorag ulama’ mu’tazilah menerangkan bahwa : setiap orang islam yang telah beriman dengan mengcapkandua kalimat syahada, tapi kebetulan mengerjakan dosa besar, maka orang itu termasuk orang muslim tapi termasuk kepada islam yang durhaka[15].
e.       Aliran karamiah
Golongan ini dipelopori oleh muhammad ibnu karam abu abdullah as-sijistani. Alira ini dikenal dengan nama mahzab karamiah
·         Bahwa Allah mempunyai sifat-sifat
·         Yang diwajbkan kepada setiap orang muallaf, hanya mengakui dengan lisan saja apa yang dibawa oleh rosul itu benar[16].
f.       Aliran ahlussunah wal jama’ah
Golongan ini berusaha untuk tetap memegang dan mengikuti jejak rhosul dan para sahabatnya dan terus menerus berpegang kepada kitabullah dan sunnah rhosul[17].




[1] Syek Muhammad ‘Abduh Risalah Tauhid, terj (Jakarta: Bulan bintang, 1996) hal 36
[2] Taib Tahhir Abdul Mu’in, Ilmu Kalam (Jakarta; Widjaya Jakarta. 1986) hal,19
[3] Karen Armstrong, Sejarah Tuhan.Ter (Bandung; Mizan Pustaka. 2011) hal 236
[4] Taib Tahhir Abdul Mu’in, Ilmu Kalam (Jakarta; Widjaya Jakarta. 1986) hal 15
[5] Syek Muhammad ‘Abduh Risalah Tauhid, terj (Jakarta: Bulan bintang, 1996) hal 40
[6] Taib Tahhir Abdul Mu’in, Ilmu; hal 15
[7] Arnold Toynbee, Sejarah Umat Manusi. ter (Yogyakarta; Pustaka Pelajar. 2011) hal 27
[8] Paul davis, Membaca Pikiran tuhan,terj (Yogyakarta; Pustaka Pelajar 2012) hal 3
[9] Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Solo; Rineka Cipta), hal 17
[10] Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Solo; Rineka Cipta) hal 20
[11] Zainuddin, Ilmu ; hal 22
[12] Zainuddin, Ilmu ; hal 43
[13] Zainuddin, Ilmu ; hal 44
[14] Zainuddin, Ilmu ; hal 48
[15] Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Solo; Rineka Cipta) hal 50
[16] Zainuddin, Ilmu ; hal 57
[17] Zainuddin, Ilmu ; hal 58