A. Pengertian Tauhid
Menurut
bahasa, Di dalam bahasa arab, tauhid adalah mashdar dari kata وَحَّدَ
– يُوَحِّدُ – تَوْحِيْدًا
yang berarti mengesakan, adapun kata
TAU-HID yang artinya “Keesaan Allah”, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu.
ME-NAU-HID-KAN adalah mengakui keesaan Allah; Mengesakan Allah.
Menurut
istilah, TAUHID adalah ilmu yang membahas tentang “Wujud Allah” tentang sifat
wajib yang tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh di sifatkan kepada-Nya
dan tentang sifat-sifat yang sama
sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya; juga membahas tentang rhosul-rhosul
Allah, meyakinkan kerasulan mereka,
meyakinkan apa yang wajib ada pada diri mereka , apa yang boleh dihubungkan (nisbah)
kepada diri mereka dan apa yang terlarang di hubungkan kepada diri meraka[1].
1. Sejarah Ilmu Tauhid
TAUHID artinya mengetahui atau mengenal ALLAH TA’ALA,
mengetahui dan menyakinkan bahwa ALLAH TA’ALA itu tunggal tidak ada sekutunya[2].
karena hakekatnya Allah yang mempunyai sifat kesempurnaan, kekekalan dan
kekuasaan yang tiada batas, pencipta alam semista dan isinaya, serta memegang kendali penuh atas segala hal yang
dicipta-Nya. Hanya Allah yang dapat menyelamatkan manusia dan menganuggrahkan
rezeki fisik maupun spiritual yang dibutuhkan hambanya[3].
“katakanlah, dialah ALLAH, yang maha Esa. Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. dia tidak beranak dan
tidak diperanakan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya. (Qs,
Al-Ikhlas)”
2. Perkembangan Tauhid
Semenjak hadirnya nabi Adam dan Sitti Hawa di bumi, yang sekaligus menjadi
nenek moyang umat manusia, ilmu tauhid mulai diajarkan pada anak-anaknya secara
bersih, murni dan jujur. dan taat kepada keasaan Allah. selain mengajarkan dan
memimpin ketauhidan kepada Allah SWT., juga membawa dan mengajarkan
syariatnya, yang diantaranya disyari’atkan dalam agama yang dibawa Nabi Muhammad
sebagai bukti adanya hubungan yang erat antara syari’at Ibrahim dan Nabi Muhmmad[4].
Al-Qur’an
datang menunjukan sifat-sifat Allah ; sekalipun ia lebih dekat untuk mensucikan
sifat-sifat yang pernah dilekatkan oleh bangsan
yang dulu-dulu[5].
Setelah nabi
adam wafat, banyak lagi Nabi-nabi yang dibangkitkan, seperti nabi Nuh, nabi
Ibrahim a.s dan Nabi Muhammad. untuk menuntun dan memimpin ummat. karena fitrah
manusia yang suka dipimpin dan diatur, jika pemimpinya sudah tiada lagi ataupun
wafat, maka kehilangan pemimpin mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan dari
jalanyang lurus dari ajaran semula[6].
manusia
tampaknya seolah-olah tidak dapat menyelamatkan dirinya dari pembalasan
kekuasaan dan kerakusan materi jahatnya, kecuali dia mau mengubah hatinya yang
akan mendorongnya untuk menjauhi tujuan keduniawian dan mengikuti ideal yang
sebaliknya[7].
disepanjang
abad seluruh budaya menjadi keindahan, keagungan , dan kecerdikan alam semesta
fisis. namun demikian hanya kebudayaan ilmiah modern yang telah menciptakan
upaya sistematik tentu untuk mengkaji hakikat alam semista dan tempat kita
didalamnya[8]
3. Tokoh-tokoh dalam Tauhid
a) Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (260-324
H/873-935 M)
Nama
lengkapnya Abu Al-Hasan Ali bin Isma’il bin Abi Bisyr Ishaq Al-Asy’ari al-Yamani al-Bashri.
Al-Asy’ari kabilah yang berasal dari Yaman, tapi beliau lahir dan besar di
Bashrah – Iraq.
Abu Hasan
Al ‘Asyari mencetuskan pendapat jalan tengah anatar antara aliran ortodoks
(salafi) dan aliran rasionalis. Beliau seorang pemikir muslim pendiri paham
Asy’ari. Sebelum mendirikan faham Asy’ari, beliau sempat berguru pada seorang
Mu’tazilah terkenal, yaitu Abi Ali al-Jubba’i, namun pada tahun 299 H dia
mengumumkan keluar dari faham Mu’tazilah, dan mendirikan faham baru yaitu faham
atau thariqah Ahli Sunnah Wal Jamaah yang kemudian dikenal sebagai thariqah
Asy’ariah. Banyak tokoh pemikir islam yang mendukung pemikiran-pemikiran
beliau, salah satunya yang terkenal adalah Imam besar Al-Ghazali, terutama di
bidang ilmu Kalam, Tauhid dan Ushuludin.
a) Abu Manshur Al-Maturidi (875-944 M)
Muhammad
bin Muhammad Al-Maturidi As-Samarqandi berasal diri daerah
Maturid di Samarqand- Uzbekistan. Pendapat Al-Maturidy dalam membicarakan masalah
ketuhanan, menyatakan bahwa manusia hanya mampu berikhtiar semaksimal mungkin,
sedangkan keputusan akhir hanya ada pada kekuasaan AllahAbu Manshur
Abu
Manshur al-Maturidi sama dengan Abu al-Hasan Al-Asy’ari adalah pemikir muslim
dan pendiri faham Ahli Sunnah Wal Jama’ah dengan dalil dalil yang diambil dari
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw dan juga bersendarkan kepada dalil Aqli. sehingga
dia diberi julukan “Imam Al-Huda” atau “Imam al-Mutakalimin”. Abu Mansur
al-Maturidi dan Abu al-Hasan merupakan tokoh tokoh pertama yang mendirikan
faham Ahli Sunnah Wal Jama’ah terutama dalam ilmu yang bersangkutan dengan
Aqidah dan mengenal Allah.
B. Macam-macam Tauhid
1. Bagian dalam ilmu tauhid
a) Tauhid Uluhiyah
Adalah dengan meng-iktikadkan, bahwa
Allah sendirilah yang berhak disembah dan yang berhak dituju oleh semua
hambanya, atau dengan kata lain adalah percaya sepenuhnya, bahwa Allah-lah yang
berhak menerima semua peribadatan makhluk, dan hanya Allah sajalah yang
sebenarnya dan yang harus disembah[9].
“dan tuhanmu adalah tuhanmu adalah tuhan yang
maha esa, tidak ada tuhan melainkan dia, yang maha pemurah lagi maha penyayang”
(QS.Al-Baqarah: 163)
b) Tauhid Rububiyah
Ialah kepercayaan, bahwa yang
diciptaka alam semesta dan seisinya ini, hanya allah sendiri tanpa bantuan
siapapun. dunia ini ada, tidak berada dengan sendirinya tetapi ada yang
menciptakakan dan ada pula yang menjadikan yaitu Allah. Allah maha kuat, tiada
kekuatan yang menyamai af’al Allah. maka timbulah setiap makhluk, untuk
meng-agungkan Allah, mahluk harus bertuhan kepada allah, tidak kepada yang lain[10]
“Yang memiliki sifat yang demikian itu Allah tuhan kamu tidak ada
tuhan selain Dia, pencipta segala sesuatu, maka subhanallah Dia” (QS. Al-An’aam:102)
c) Tauhid Ubudiyah
sebagai konsekuensi dari keyakinan kita,
bahwa tiada tuhan selain Allah. (Tauhid Uluhiyah) dan bahwa tiada yang
mencipta, mengurus dan mengatur alam semesta ini selain Allah. (tauhid
rubuhiyah) maka itupun harus meyakini bahwa tiada yang berhak mendapat
pengabdian (ibadah) dari kita selain Allah. itulah yang dinamakn tauhid
Ubudiyah. kata Ubudiyah berasall dari kata kerja “abada” yang berarti mengabdi
diri (ibadah), beribadah kepada Allah menyembah kepada-Nya[11].
2.
Aliran-aliran dalam
ilmu tauhid
a.
Aliran salaf
Salaf adalah
berasaldari bahasa arabyang berarti kuno atau kolot, sedangkan lawanya adalah
khalaf yang berarti modem. Jadi aliran salaf adalah aliran kolot, bukan odem[12].
b.
Aliran qadariyah
Berbeda dengan
aliran salaf, aliran qadariyah atau juga suka disebut mu’tazilah adalah suatu
aliran yang suka mendahlukan akal dan pikiran daripada prinsip ajaran Al-quran
dan hadits[13].
c.
Aliran jabariyah
Jalan pikiranya kebalikan dari qadariyah. Orang
pertama dari aliran jabariyah ialah jaham bin safwan, sehingga golongan ini
suka jga disebut Jahamiyah. Dia mempunyai pendirian bahwa manusia itu terpaksa,
tidak mempunyai pilihan dan kekuasaan[14].
d.
Aliran mu’tazilah
Hasan basry seorag
ulama’ mu’tazilah menerangkan bahwa : setiap orang islam yang telah beriman
dengan mengcapkandua kalimat syahada, tapi kebetulan mengerjakan dosa besar,
maka orang itu termasuk orang muslim tapi termasuk kepada islam yang durhaka[15].
e.
Aliran karamiah
Golongan ini
dipelopori oleh muhammad ibnu karam abu abdullah as-sijistani. Alira ini dikenal
dengan nama mahzab karamiah
·
Bahwa Allah
mempunyai sifat-sifat
·
Yang diwajbkan
kepada setiap orang muallaf, hanya mengakui dengan lisan saja apa yang dibawa
oleh rosul itu benar[16].
f.
Aliran ahlussunah
wal jama’ah
Golongan ini berusaha untuk tetap memegang dan
mengikuti jejak rhosul dan para sahabatnya dan terus menerus berpegang kepada
kitabullah dan sunnah rhosul[17].
[1] Syek Muhammad ‘Abduh Risalah Tauhid,
terj (Jakarta: Bulan bintang, 1996) hal 36
[2] Taib
Tahhir Abdul Mu’in, Ilmu Kalam (Jakarta; Widjaya Jakarta. 1986) hal,19
[3]
Karen Armstrong, Sejarah Tuhan.Ter (Bandung; Mizan Pustaka. 2011) hal
236
[4]
Taib Tahhir Abdul Mu’in, Ilmu Kalam (Jakarta; Widjaya Jakarta. 1986) hal
15
[5] Syek Muhammad ‘Abduh Risalah Tauhid,
terj (Jakarta: Bulan bintang, 1996) hal 40
[6] Taib
Tahhir Abdul Mu’in, Ilmu; hal 15
[7]
Arnold Toynbee, Sejarah Umat Manusi. ter (Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
2011) hal 27
[8]
Paul davis, Membaca Pikiran tuhan,terj (Yogyakarta; Pustaka Pelajar
2012) hal 3
[9]
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Solo; Rineka Cipta), hal 17
[10]
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Solo; Rineka Cipta) hal 20
[11] Zainuddin,
Ilmu ; hal 22
[12] Zainuddin,
Ilmu ; hal 43
[13]
Zainuddin, Ilmu ; hal 44
[14]
Zainuddin, Ilmu ; hal 48
[15]
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Solo; Rineka Cipta) hal 50
[16]
Zainuddin, Ilmu ; hal 57
[17]
Zainuddin, Ilmu ; hal 58