Kurukunan umat
beragama menjadi pembahasan paling aktual dalam sedekade belakangan ini,
persinggungan antar agama begitu vital ketika dihadapkan dengan variasi agama
mayoritas dan agama minoritas, agama mayoritas biasanya mempunyai kendali lebih
kuat dan menguasai berbagai lini dalam kehidupan bermasyarakat. Maka, tidak
jarang kita temukan agama mayoritas cenderung menindas umat beragama minoritas. walaupun tidak dapat
dipungkiri, terkadang ada permainan politik yang mengatas namakan agama dengan
bermacam dalih dan corak politik, menyebabkan
begitu kompleksnya suatu permasalahan ketika keduanya bercampur.
Permasalahan konflik beragama paling aktual adalah adanya angapan pembantaian
umat muslim rohingny oleh negara Myanmar yang notabeni umat beragama Buddha. Walaupun dalam kacamata umat buddha yang
patuh dengan ajaran Sidharta gautama tidak membenarkan untuk membantai sesama
manusia, karena siapun bisa bersalah dan bisa memperbaiki dirinya.
Created By detikindonesia.com |
Pemaparan
menarik dari bikkhu pannavaro bahwa sesungguhnya dibalik dari pertikainan Rohingnya
adalah dampak dari perang dingin orang kapital untuk menguasai sebuah kekayaan
alam, selama ini dihuni orang-orang rohingnya. Potensi alam inilah menjadi
pertarungan orang kaptal, saling tindih merebut untuk meguasai kekayaan alam Rohingnya,
sehingga cara terakhir untuk mengusir penduduk dengan dalih agama. Maka dapat
kita menelitik bahwa sesungguhnya pertikain rohignya bukanlah murni konflik
antar agama, melainka perang dingin orang kapital yang diprakarsai politik
internal negara sehingga permasalahan rohingnya berjalan halus. Agama dijadikan
sebagai bungkus atau alat peperangan kaum kapital untuk tercapainya keinginan
internal penguasa.
Dalam khasanah Indonesia
Agama telah menjadi fondasi kerukaunan umat dan pemernyatu umat. Namun,
sewajarnya umat beragama telah mencapai kedewasaan sehingga tidak ada lagi
pertikain dengan dalih agama. Umat beragama seharusnya mengerti akan pentingya
menghargai sesama umat beragama sebagai corak dari beragamnya negara kesatuan
repulik indonesia. Maka, seharusnya umat beragama mengerti akar sebuah masalah
dari runyamnya permasalahan negeri, bukan lantas membabi butakan setu kelompok
minoritas dan mengatasnamakan kesalahan beragama. Setidanya pemahaman bikkhu
pannavaro menjadi satu resolusi dari berkecambuknya umat beragama yakni orang
beragama seharusnya mengetahui dua hal
penting.
Pertama, umat beragama
seharusnya mampu membedakan rakit sebagai alat dan rakit sebagai kegunaan. Jika
pemahaman rakit hanya sebagai alat maka kita tidak akan pernah bisa mendapatkan
kelebihan dari rakit dan tujuan dibuatnya rakit, namun sebaliknya jika kita
tahu bahwa rakit sebagai kegunaan sehingga kita mempu menggunakan rakit menyebrangi
sungai. Sama halnya dengan agama, terkadang kita terlalu dangkal mengartikan
agama, bawa agama dijadikan sebagai alat dan tidak di implikasikan sebagai kegunaan
sehingga manusia mampu mencapai puncak tertigi dalam beragama yakni
keharmonisan beragama. Kedua, umat beragama seharusnya mampu membedakan
kejahatan dan penjahat, untuk tercapai kedewasaan umat beragama sharusnya kita
mengetahui akar masalah dari suatu permasalahan. Puncaknya kita harus memahami
anatara kejahatan dan penjahat, jika seseorang berbuat jahat maka jangan benci
orangnya karena seburuk-buruknya penjahat mempunyai ruang kecil untuk kembali
ke fitrah manusia. Kejahatan harus dimusnahkan namun bukan berarti menumpas
para penjahat.