Menurut
KBBI atau EBI. Secara etimologi, Pluralisme terdapat dua kata yakni plural dan isme. plural adalah jamak; lebih dr satu,
sedangakn isme adalah faham atau sistem kepercayaan berdasarkan politik,
sosial, atau ekonomi. Secara terminologi Pluralisme adalah keadaan masyarakat
yg majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya) (Anis Malik
Toha).
Setiap negara mengatur negaranya agar berlaku adil, damai dan sejahtera,
Pluralisme sangat diharapkan menjadi
sarana pemernyatu umat. Terlebih gesekan antar agama yang
saling memojokan satu sama lain dan pertikaian antar golongan yang semakin
memanas.
Kelenteng Kwan Im Kiong Vihara Avalokitesvara Pamekasan Madura, di dalamnya terdapat tempat ibadah agama lain |
Sehingga
dalam konteks ini, terdapat dua kelompok pemikir besar dalam merespon plulisme
agama. Kelompok pertama, menganggap bahwa Pluralisme agama sebagai suatu yang
niscaya (condition sinquanon), sedangkan kelompok kedua menganggap bahwa
Pluralisme sebagai paham dan bukan
yang niscaya (M. Zainuddin). Kelompok pertama mengaggap bahwa pluralisme suatu yang
niscaya karena benyaknya konflik antar agama merupakan keegoisan dalam tatanan
keagamaan, mereka saling membenarkan dirisendiri tidakmau mengambil jalan
tengah untuk kesejahteraan bersama. Maka dikira sangat sulit adanya
koeksistensi antar mereka, karena tidak semua pembelajaran salam agama sama.
Ada yang cendrung mengajarkankecintaan adapula yang mengajarkan doktrin.
sedangkan yang kedua menggap bahwa pluralisme sebuah paham menyeluruh dan
ketidak adanya berpihakan serta menumbuhkan tolerasi antar golongan, sehingga hal
seperti ini bukanlah hal yang niscaya.
Sedangkan
Pluralisme agama adalah bersal dua kata yaitu Pluralisme dan agama. Dalam
Bahasa arab diterjemahkan “al-Ta’addudiyyah Al-diniyah” dan dalam
Bahasa inggris “Religious Pluralisme”. Oleh karena Pluralisme berasal
dari bahas Inggris,
maka untuk mendefinisikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus besar tersebut.
Pluralisme berarti “jama’” atau lebih dari satu. Dalam kamus
Bahasa inggris mempunyai tiga pengertian. Pertama, pengertian kegerejaan: (i) sebutan untuk orang
yang memegang lebih dari satu jabatan dalam struktur kegerejaan, (ii) memegang
dua jabatan atau lebih secara bersamaan, baik bersifat kegerejaan maupun
non-kegerejaan. Kedua, pengertian filosofis: berarti sistem pemikiran
yang mengakui adanya landasan pemikiran yang mendasar yang lebih dari satu.
Sedangkan Ketiga, pengertian sosial politik: adalah suatu sistem yang
mengakui koeksistensi keragaman kelompok, baik yang bercorak ras, suku, aliran
maupun partai dengan tetap menjungjung
tinggi aspek-aspek perdamaian yang sangat karakteristik diantara
kelompok-kelopok tersebut. Ketiga pengertian tersebut sebenarnya bisa
disederhanakan dalam satu makna, yaitu koeksistensinya berbagai kelompok atau
keyakinan disatu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaan-perbedaan dalam karakteristik
masing-masing. (Anis Malik Toha)
Dengan
banyaknya ras, suku, aliran yang ada di Indonesia, dipandang sangat penting
adanya Pluralisme. Terbelih di Madura yang didalamnya terdapat beberapa macam
aliran keagamaan. Walaupun masyarakat Madura fanatik dengan kepercayaanya,
namun kesadaran akan Pluralisme mulai terbangun. Misalnya, keberadaan Pemuda
Madura yang mulai merantau dan menempuh
ilmu pengetahuan ke pulau jawa, Sumatra, Kalimantan bahkan
sampai ada yang keluar Negeri.
Sehingga mereka dapat melihat banyak warna dan tidak mudah lagi terpengaruh
dengan isu-isu yang mudah memicu konflik.
Dari
perwatakan, orang Madura memang berbeda dengan mayoritas orang Jawa. Misalnya,
dalam obrolan yang suka menggunakan suara keras, cepat marah, mudah
tersinggung, tempramen, pendendam dan suka berkelahi. Sehingga tidak banyak
kelompok atau etnis yang menyandang stereotipe negatif dan samar-samar sebanyak
yang melekat pada orang Madura. Sedikit sekali yang terdengar positif tentang mereka.
Seandainya orang mempercayai berbagai stereotype itu-sikap yang tentunya tidak
boleh dilakukan terhadap stereotype-kelompok etnis terbesar ketiga di Indonesia
ini memiliki ciri negatif yang berlimpah (Huub DeJonge). Karena sebenarnya, yang membentuk perwatakan
bukanlah etnis atau suku, tetapi didikan atau cara belajar dan lingkungan
sekitarnya. Merupakan streotipe yang salah jika mengambil kesimpulan
dari beberapa sampel saja tanpa investigasi.
Pulau Madura, yang terletak di timur laut Jawa,
memiliki reputasi luas sebagai wilayah penuh kekerasan. Dipulau ini, konon
kehidupan tidaklah aman, karena setiap konflik diselesaikan dengan paksaan(Huub
DeJonge)..
tidak terlepas dari masalah pribadi saja, perbedaan aqidah dan perbedaan
ideologi, juga menjadi perihal yang sering memunculkan konflik. Dan jalan terakhir yang digunakan adalah
paksaan untuk saling membunuh menggunakan Clurit dan Parang yang biasa kita
kenal dengan sebutan CAROK (Tradisi perkelahian orang Madura sebagai puncak
dari ketidak adanya kata sepakat. Yang disebabkan karena
alasan tertentu yang
berhubungan dengan harga diri. Misalnya menyangkut masalah wanita dan harta). Namun
disisi lain orang Madura sangat menjaga persaudaraan dan sangat menjaga yang
namanya Tengka (etika), adalah sistem nilai serta norma
yang berlaku dalam tatanan masyarakat. Sistem
nilai ini yang menjadi pegangan orang madura untuk tetap menjaga harga diri
mereka dan mengahargai sesamanya. Namun, jika harga diri mereka dilecehkan maka
jalan terakhirnya adalah Carok.
Konflik yang terjadi di Madura pada dasarnya adalah
masalah pribadi yang dibesarkan-besarkan sehingga menjalar ke antar golongan
dan terjadi kegaduhan yang sangat besar. Tidak dapat dipungkiri juga, Konflik antar golongan dan agama
yang ada di Madura, sebenarnya bukanlah murni dari hati masyarakat Madura. tetapi, adanya interpensi
pemuka agama dan golongan sehingga masyarakat yang notabeni belum memahami
adanya toleransi. Patuh dan tunduk saja terhadap titah pemuka agama atau
golongan, Tanpa adanya pengkajian terlebih dahulu. karena masyarakat Madura percaya
bahwa pemuka agama adalah orang yang harus dipatuhi dan paling
benar.
http://penelehnews.com/id-1235-post-koeksistensi-peradatan-orang-madura.html