Lamunan Bisu

Kamis, 03 Agustus 2017

Koeksistensi Peradatan Orang Madura


Menurut KBBI atau EBI. Secara etimologi, Pluralisme terdapat dua kata yakni plural dan isme. plural adalah jamak; lebih dr satu, sedangakn isme adalah faham atau sistem kepercayaan berdasarkan politik, sosial, atau ekonomi. Secara terminologi Pluralisme adalah keadaan masyarakat yg majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya) (Anis Malik Toha). Setiap negara mengatur negaranya agar berlaku adil, damai dan sejahtera, Pluralisme sangat diharapkan menjadi sarana pemernyatu umat. Terlebih gesekan antar agama yang saling memojokan satu sama lain dan pertikaian antar golongan yang semakin memanas.
Kelenteng Kwan Im Kiong Vihara Avalokitesvara Pamekasan Madura, di dalamnya terdapat tempat ibadah agama lain
Sehingga dalam konteks ini, terdapat dua kelompok pemikir besar dalam merespon plulisme agama. Kelompok pertama, menganggap bahwa Pluralisme agama sebagai suatu yang niscaya (condition sinquanon), sedangkan kelompok kedua menganggap bahwa Pluralisme sebagai paham dan bukan yang niscaya (M. Zainuddin). Kelompok pertama mengaggap bahwa pluralisme suatu yang niscaya karena benyaknya konflik antar agama merupakan keegoisan dalam tatanan keagamaan, mereka saling membenarkan dirisendiri tidakmau mengambil jalan tengah untuk kesejahteraan bersama. Maka dikira sangat sulit adanya koeksistensi antar mereka, karena tidak semua pembelajaran salam agama sama. Ada yang cendrung mengajarkankecintaan adapula yang mengajarkan doktrin. sedangkan yang kedua menggap bahwa pluralisme sebuah paham menyeluruh dan ketidak adanya berpihakan serta menumbuhkan tolerasi antar golongan, sehingga hal seperti ini bukanlah hal yang niscaya.  
Sedangkan Pluralisme agama adalah bersal dua kata yaitu Pluralisme dan agama. Dalam Bahasa arab diterjemahkan “al-Ta’addudiyyah Al-diniyah” dan dalam Bahasa inggris “Religious Pluralisme”. Oleh karena Pluralisme berasal dari bahas Inggris, maka untuk mendefinisikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus besar tersebut. Pluralisme berarti “jama’” atau lebih dari satu. Dalam kamus Bahasa inggris mempunyai tiga pengertian. Pertama,  pengertian kegerejaan: (i) sebutan untuk orang yang memegang lebih dari satu jabatan dalam struktur kegerejaan, (ii) memegang dua jabatan atau lebih secara bersamaan, baik bersifat kegerejaan maupun non-kegerejaan. Kedua, pengertian filosofis: berarti sistem pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikiran yang mendasar yang lebih dari satu. Sedangkan Ketiga, pengertian sosial politik: adalah suatu sistem yang mengakui koeksistensi keragaman kelompok, baik yang bercorak ras, suku, aliran maupun partai dengan tetap menjungjung tinggi aspek-aspek perdamaian yang sangat karakteristik diantara kelompok-kelopok tersebut. Ketiga pengertian tersebut sebenarnya bisa disederhanakan dalam satu makna, yaitu koeksistensinya berbagai kelompok atau keyakinan disatu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaan-perbedaan dalam karakteristik masing-masing. (Anis Malik Toha)
Dengan banyaknya ras, suku, aliran yang ada di Indonesia, dipandang sangat penting adanya Pluralisme. Terbelih di Madura yang didalamnya terdapat beberapa macam aliran keagamaan. Walaupun masyarakat Madura fanatik dengan kepercayaanya, namun kesadaran akan Pluralisme mulai terbangun. Misalnya, keberadaan Pemuda Madura yang mulai merantau dan menempuh ilmu pengetahuan ke pulau jawa, Sumatra, Kalimantan bahkan sampai ada yang keluar Negeri. Sehingga mereka dapat melihat banyak warna dan tidak mudah lagi terpengaruh dengan isu-isu yang mudah memicu konflik.
Dari perwatakan, orang Madura memang berbeda dengan mayoritas orang Jawa. Misalnya, dalam obrolan yang suka menggunakan suara keras, cepat marah, mudah tersinggung, tempramen, pendendam dan suka berkelahi. Sehingga tidak banyak kelompok atau etnis yang menyandang stereotipe negatif dan samar-samar sebanyak yang melekat pada orang Madura. Sedikit sekali yang terdengar positif tentang mereka. Seandainya orang mempercayai berbagai stereotype itu-sikap yang tentunya tidak boleh dilakukan terhadap stereotype-kelompok etnis terbesar ketiga di Indonesia ini memiliki ciri negatif yang berlimpah (Huub DeJonge). Karena sebenarnya, yang membentuk perwatakan bukanlah etnis atau suku, tetapi didikan atau cara belajar dan lingkungan sekitarnya. Merupakan streotipe yang salah jika mengambil kesimpulan dari beberapa sampel saja tanpa investigasi.
Pulau Madura, yang terletak di timur laut Jawa, memiliki reputasi luas sebagai wilayah penuh kekerasan. Dipulau ini, konon kehidupan tidaklah aman, karena setiap konflik diselesaikan dengan paksaan(Huub DeJonge).. tidak terlepas dari masalah pribadi saja, perbedaan aqidah dan perbedaan ideologi, juga menjadi perihal yang sering memunculkan konflik.  Dan jalan terakhir yang digunakan adalah paksaan untuk saling membunuh menggunakan Clurit dan Parang yang biasa kita kenal dengan sebutan CAROK (Tradisi perkelahian orang Madura sebagai puncak dari ketidak adanya kata sepakat. Yang disebabkan karena alasan tertentu yang berhubungan dengan harga diri. Misalnya menyangkut masalah wanita dan harta). Namun disisi lain orang Madura sangat menjaga persaudaraan dan sangat menjaga yang namanya Tengka (etika), adalah sistem nilai serta norma yang berlaku dalam tatanan masyarakat. Sistem nilai ini yang menjadi pegangan orang madura untuk tetap menjaga harga diri mereka dan mengahargai sesamanya. Namun, jika harga diri mereka dilecehkan maka jalan terakhirnya adalah Carok.
Konflik yang terjadi di Madura pada dasarnya adalah masalah pribadi yang dibesarkan-besarkan sehingga menjalar ke antar golongan dan terjadi kegaduhan yang sangat besar. Tidak dapat dipungkiri juga, Konflik antar golongan dan agama yang ada di Madura, sebenarnya bukanlah murni dari hati masyarakat Madura. tetapi, adanya interpensi pemuka agama dan golongan sehingga masyarakat yang notabeni belum memahami adanya toleransi. Patuh dan tunduk saja terhadap titah pemuka agama atau golongan, Tanpa adanya pengkajian terlebih dahulu. karena masyarakat Madura percaya bahwa pemuka agama adalah orang yang harus dipatuhi dan paling benar.

http://penelehnews.com/id-1235-post-koeksistensi-peradatan-orang-madura.html