Pemuda dan Masa Depan
Sangatlah pantas Jika dikatakan
pemuda adalah penggerak masa depan, namun sanggupkah pemuda saat ini menjadi agent of change dan agent of control dimasa dapan?. Peralihan pendidikan yang cendrung
mengedepankan rasio tanpa diseimbangkan dengan pelajaran keagamaan, telah membuat
para pelajar seakan menuhankan rasionya sehingga segala Sesutu akan diterima
sesuai dengan kekuatan rasio dan akan ditolak jika bertentangan dengan rasio. Bahkan
para pengikut rasio percaya bahwa tuhan
adalah representasi dari kekutan rasio, sehingga bukan tuhan yang membentuk
kehidupan tapi tuhanlah yang dibuat oleh rasio, disinilah pemuda berperang
dengan rasionya. bahkan dari pergaulan, mereka rata-rata mencari hanya yang
dianggapya sesuai atau sejalur dengan pemikirannya dan bahkan meguntungkanya.
Pergaulan pemuda yang semakin hari
semakin tidak terkontrol. Misalnya, dari laku-hidup yang sudah tercampuri
dengan gaya barat dan bebasnya pergaulan pemuada dalam mengatur gaya hidupnya, terlebih
perkembangan IPTEK serta dominasi smartpone dengan keunggulan masing-masing,
beredarnya sosial media telah berhasil membuat pemuda candu seperti halnya
NARKOBA yang mampu membuat para penggunanya kecanduan dan lupa waktu untuk
mengerjakan pekerjaan lain, termasuk belajar serta pekerjaan-pekerjaan yang
lebih bermanfaat
“Apa yang bisa saya lakukan untuk
bangsa?.”
Berangkat dari pertanyaan ini, sebenarnya
membuat saya berfikir kembali seperti apa sesungguhnya peran para pemuda
menghadapi kehidupan pra dan pasca kuliah. Sebagai Individu yang masih labil,
pemuda sering bertindak semaunya, karena pada hakekatnya pemuda menginginkan
kebebasan bahkan dari mayoritas pemuda, mereka mengalami konflik dengan
spritualnya, yakni kekurang pedulian generasi muda terhadap masa depan serta
bersikap acuh tak acuh pada perkembangan sosial-masyarakat.
Tumbuh dan berkembangnya keperibadian
pemuda dipengaruhi faktor intern-psikologik. Eksistensi manusia selama
berinteraksi dangan alam sekitar tempat dia berada, dalam relasi itu sangat
berperan situasi. Situasi merupakan hal yang pokok dalam segala keterangan
psikologi, serta mengatakan bahwa manusia eksis (berada). Selalu menepati ruag
dan waktu. Sehingga dalam perkembangan intern-psikologik, peran keluarga dan
lingkungan sangat fudemintal karena yang memperkenalkan dan membentuk
perwatakan pemuda berawal dari mereka. Tetapi dengan berkembangnya psikologi
serta hasrat pemuda untuk berubah dan mencari kebebasan, maka pergaulan antar
teman juga sangat berpengaruh. Sehingga dapat kita temukan pemuda yang awalnya
baik-baik saja, karena salah pergaulan mereka berubah 180 deraja. Terlebih
pergaulan kampus yang sangat bebas dan sedikitnya kontrol dari orang tua.
Perkembangan pola pemikiran yang
semakin modern, menjadikan dunia kampus membawa para mahasiswa pada streotipe
mengagungkan akademisi, seakan dunia kampus mendesak kita mempercepat studi dan
dapat nilai setinggi-tingginya. padahal katanya, dunia kampus tempat
mengembangkan ide-ide berlian. Maka tak jarang orientasi mahasiswa setelah
lulus, bercita-cita menjadi guru atau kerja di kantoran dengan gaji yang
melimpah. Sedangkan, peran untuk terjun ke masyarakat sudah mulai dilupakan.
Terlebih lagi dengan berkurangnyanya minat para mahasiswa berdiskusi untuk
sekedar berwacana membahas keadaan sosial masyarakat.. Sering saya mendengar celotehan teman-teman,
“ahhh males ah, bahas gituan,
nanti IPK-ku
bagaimana?, wong sedari dulu pembahasanya itu-itu
terus. Udah.... saya gak mau ikutan, ada yang lebih pintar dari saya untuk
membahasanya”
Perubahan pola piker pemuda yang
dulunya kritis menjadi pemalas adalah dampak dari kekurang pedulian dalam khalaqoh atau sekedar berdiskusi serta berkurangnya minat membaca,
sehingga mahasiswa cendrung bertidak pasif terhadap wacana sosial. Maka, dapat
kita temukan begitu banyak mahasiswa tidak mau membantu masyarakat atau tidak
mau bebas aktif membantu masyarakat baik dalam bencana alam atau kejadian-kejadian alam lainya.
Bergesernya peran pemuda ini, bisa
saja semakin lajak dan tidak terkendali jika para mahasiswa yang mengerti dan
memahami akan pendidikan tidak mau mengubahnya dan tidak mau berperan aktif
untuk sekedar mengingatkan mahasiswa yang lain, bahwa tempat kita bukan hanya
dibangku kampus saja, tetapi kita punya tanggung jawab yang lebih fundamental
yakni kesejeahteraan negri dan kemakmuran rakyatnya. Bukan bertingkah semaunya
dan bergaya sesukanya.