Lamunan Bisu

Sabtu, 04 Maret 2017

Pemuda dan masa depan

Pemuda dan Masa Depan
Sangatlah pantas Jika dikatakan pemuda adalah penggerak masa depan, namun sanggupkah pemuda saat ini menjadi agent of change dan agent of control dimasa dapan?. Peralihan pendidikan yang cendrung mengedepankan rasio tanpa diseimbangkan dengan pelajaran keagamaan, telah membuat para pelajar seakan menuhankan rasionya sehingga segala Sesutu akan diterima sesuai dengan kekuatan rasio dan akan ditolak jika bertentangan dengan rasio. Bahkan para pengikut  rasio percaya bahwa tuhan adalah representasi dari kekutan rasio, sehingga bukan tuhan yang membentuk kehidupan tapi tuhanlah yang dibuat oleh rasio, disinilah pemuda berperang dengan rasionya. bahkan dari pergaulan, mereka rata-rata mencari hanya yang dianggapya sesuai atau sejalur dengan pemikirannya dan bahkan meguntungkanya.
Pergaulan pemuda yang semakin hari semakin tidak terkontrol. Misalnya, dari laku-hidup yang sudah tercampuri dengan gaya barat dan bebasnya pergaulan pemuada dalam mengatur gaya hidupnya, terlebih perkembangan IPTEK serta dominasi smartpone dengan keunggulan masing-masing, beredarnya sosial media telah berhasil membuat pemuda candu seperti halnya NARKOBA yang mampu membuat para penggunanya kecanduan dan lupa waktu untuk mengerjakan pekerjaan lain, termasuk belajar serta pekerjaan-pekerjaan yang lebih bermanfaat
“Apa yang bisa saya lakukan untuk bangsa?.”
 Berangkat dari pertanyaan ini, sebenarnya membuat saya berfikir kembali seperti apa sesungguhnya peran para pemuda menghadapi kehidupan pra dan pasca kuliah. Sebagai Individu yang masih labil, pemuda sering bertindak semaunya, karena pada hakekatnya pemuda menginginkan kebebasan bahkan dari mayoritas pemuda, mereka mengalami konflik dengan spritualnya, yakni kekurang pedulian generasi muda terhadap masa depan serta bersikap acuh tak acuh pada perkembangan sosial-masyarakat.
Tumbuh dan berkembangnya keperibadian pemuda dipengaruhi faktor intern-psikologik. Eksistensi manusia selama berinteraksi dangan alam sekitar tempat dia berada, dalam relasi itu sangat berperan situasi. Situasi merupakan hal yang pokok dalam segala keterangan psikologi, serta mengatakan bahwa manusia eksis (berada). Selalu menepati ruag dan waktu. Sehingga dalam perkembangan intern-psikologik, peran keluarga dan lingkungan sangat fudemintal karena yang memperkenalkan dan membentuk perwatakan pemuda berawal dari mereka. Tetapi dengan berkembangnya psikologi serta hasrat pemuda untuk berubah dan mencari kebebasan, maka pergaulan antar teman juga sangat berpengaruh. Sehingga dapat kita temukan pemuda yang awalnya baik-baik saja, karena salah pergaulan mereka berubah 180 deraja. Terlebih pergaulan kampus yang sangat bebas dan sedikitnya kontrol dari orang tua.
Perkembangan pola pemikiran yang semakin modern, menjadikan dunia kampus membawa para mahasiswa pada streotipe mengagungkan akademisi, seakan dunia kampus mendesak kita mempercepat studi dan dapat nilai setinggi-tingginya. padahal katanya, dunia kampus tempat mengembangkan ide-ide berlian. Maka tak jarang orientasi mahasiswa setelah lulus, bercita-cita menjadi guru atau kerja di kantoran dengan gaji yang melimpah. Sedangkan, peran untuk terjun ke masyarakat sudah mulai dilupakan. Terlebih lagi dengan berkurangnyanya minat para mahasiswa berdiskusi untuk sekedar berwacana membahas keadaan sosial masyarakat.. Sering saya mendengar celotehan teman-teman,

 “ahhh males ah, bahas gituan, nanti IPK-ku bagaimana?, wong sedari dulu pembahasanya itu-itu terus. Udah.... saya gak mau ikutan, ada yang lebih pintar dari saya untuk membahasanya”

Perubahan pola piker pemuda yang dulunya kritis menjadi pemalas adalah dampak dari kekurang pedulian dalam khalaqoh atau sekedar berdiskusi serta berkurangnya minat membaca, sehingga mahasiswa cendrung bertidak pasif terhadap wacana sosial. Maka, dapat kita temukan begitu banyak mahasiswa tidak mau membantu masyarakat atau tidak mau bebas aktif membantu masyarakat baik dalam bencana alam atau  kejadian-kejadian  alam lainya.
Bergesernya peran pemuda ini, bisa saja semakin lajak dan tidak terkendali jika para mahasiswa yang mengerti dan memahami akan pendidikan tidak mau mengubahnya dan tidak mau berperan aktif untuk sekedar mengingatkan mahasiswa yang lain, bahwa tempat kita bukan hanya dibangku kampus saja, tetapi kita punya tanggung jawab yang lebih fundamental yakni kesejeahteraan negri dan kemakmuran rakyatnya. Bukan bertingkah semaunya dan bergaya sesukanya.