Lamunan Bisu

Selasa, 03 Januari 2017

Athomisme dan Materi Tuhan Menurut Yunani Kuno

Pada awalanya teori tentang struktur materi tidak didasarkan pada hasil-hasil eksperimen.Para ilmuwan mulai menyelidiki hubungan antara beberapa fenomina fisika seperti kelistrikan dan kemagnetan mulai dikembangkan dalam model-model yang berbeda tentang struktur atom[1].Sehingga banyak banyak tokoh yang angkat bicara terkait materi atom, terutama Democrates yang dipercaya orang pertama yang berbicara tentang atom.
 Dalam pembuktian kita mengenai posisi Teologi, titik awal kita adalah materi, dalam pengertian saintifik yang kualitas aksidental dan umumnya dibuktikan oleh sains. Sekarang kita akan mempelajari posisi teologi dengan keterangan pemikiran filosofis mengenai materi. Untuk tujuan ini, kita harus mengetahui apa materi itu dan apa pemikiran ilmiah dan filosofisnya[2].
Pembahasan 
A (tidak) tom (terbagi, dibagi).Atom adalah partikel yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi, dunia filsafat mengenalnya sebagi cikal bakal kehidupan.Atomisme berasal dari dua kata yaitu Atom (tidak dapat dibagi) dan isme (faham), jadi Atomismeadalah faham tentang keberadaaan atom yang merupakan partikel terkecil dan tidak dapat dibagi, faham keberadaan atom telah lama dicetuskan oleh para ilmuan, lebih tepatnya pada masa kejayaan filsafat Yunani kuno yaitu Democritus dalam teorinya, bahwa suatu benda tersusun dari bagian kecil yang ditembus oleh kehampaan, bagian ini “Atom” atau “bagian-bagian yang tak dapat dibagi.[3] Namun, keterbatasan pemikiran manusia terdahulu yang berdasarkan empiris dan rasio, belum bisa membuktikan secara real tentang hakekat dari suatu unsur dan atom, sehingga dengan berjalanya waktu teori-teori Atom Yunani kunu mulai terbantahkan oleh para ilmuan dewasa ini, dengan bukti-bukti eksperimenya  yang berdasarkan pada ilmu-ilmu sains.
Ada dua pemikiran sains mengenai materi yang telah dikaji atau dipelajari oleh para ilmuwan selama ribuan tahun. Salah satu pemikiran ini adalah yang bersifat materi dan diketahui ada di alam tersusun tiada lain dari sejumlah materi sederhana yang terbatas disebut “unsur-unsur”. Pemikiran lainya adalah materi dibentuk dari bagian yang sangat kecil dan disebut atom[4]. Pemikiran utama diterima secara umum oleh orang Yunani yang dipercaya bahwa udara, api, air dan bumi (tanah) adalah sumber utama dalam kehidupan mutlak karena unsur-unsur tersebut adalah bahan utama alam. sedangkan pendapat yang kedua hanya ada beberapa orang saja yang mempercayai keberadaan dan hakekat atom.
Dari penelitian ribuan tahun, para ilmuan belum menemukan partikel yang kebih kecil dari pada atom. Pada kurun waktu 2000 tahun teori tentang atom dari Demokritus dan Leukipos ini tidak berkembang sama sekali karena orang masih percaya pada Aristoteles yang tidak membenarkan konsep tentang atom.Baru pada abad ke 18, para ilmuan mulai percaya karena konsep atom ini relevan dengan proses fisika dan kimia[5]. John Dolton[6]dengan hasil ekperimennya menunjukkan bahwa atom masih dapat dibagi menjadi partikel-partikel eletron, proton dan neutron.Maka secara tidak langsung runtuhlahteori yang mengatakan bahwa atom tidak dapat dibagi.Aristoteles berpendapat bahwa suatu benda benda tidak memiliki atom dan tidak tersusun dari bagian-bagian kecil, sebaliknya ia adalah benda solit yang yang bisa dibagi menjadi bagian-bagian, dipisahkan oleh pembagian. Namun bukan karena pembagian itu maka benda ini memiliki bagian-bagian tersebut.
Satuan elektron adalah unit muatan negatif.Demikian pula, inti memiliki proton dan neutron, proton adalah pertikel terkecil.Setiap saruan unit proton memuat satuan satuan positif yang setara dengan muatan negatif eletron. Neutrom adalah jenih partikel lain yang juga ada inti dan tidak mengandung muatan listrik apapun(bersifat netral)[7].
Kalau kita mempertimangkan kesimpulan-kesimpulan ilmiah tersebut, kita harus mempelajarinya secara filosofis, agar kita mengetahui: apakah mungkin atau tidak mengasumsikan bahwa materi adalah sebab pertama alam? Tidak ada keraguan bahwa jawaban filsafat terhadap pernyataan itu benar-benar negtif. Hal ini karena materi primer alam adalah satu realitas tunggal yang umum bagi seluruh fenomena dan entitas-entitas alam.[8] 
Pada mulanya, manusia menciptakan satu Tuhan yang merupakan penyebab pertama bagi segala sesuatu dan penguasa langit dan bumi[9]. Wilhelm Schmidt dalam The Origin Of The Idea Of God mengatakan bahwa telah ada satu monoteisme primitive sebelum manusia mulai menyembah banyak dewa. Pada awalnya mereka mempercayai hanya ada satu Tuhan tertinggi, yang telah menciptakan dunia dan menata urusan manusia dari kejauhan. Dengan berkembangnya pemikiran, maka mulai tergeserlah kepercayaan kepada Tuhan serta pencarian Tuhan yang lebih tampak dan berwujud. Perkembangan pola pikir ini membawa mereka pada pemikiran bahwa segala sesuatu ada karena sebab akibat (kausa), lantas keberadaan tuhan untuk apa?, serta siapakah yang menciptakan tuhan?. Bahkan pemikiran tentang kausa tidak berhenti pada ini saja, karena setelahnya mucul juga teori biogenesis yang mengatakan bahwa segala mahluk hidup berawal dari satu hal yang dipercaya menjadi cikal bakal kehidupan.
Perkembangan pemikiran filsafat pada abad Yunani kuno bisa dikatakan, bahwa telah banyak filosof yang mulai berfikir keberadaan sesuatu yang menggerakan kehidupan atau dzat pencipta.Kegelisahan pemikiran yang semakin hari semakin berkembang sehingga terbawalah ke arus pencarian tuhan walaupun Keberadaan tuhan menjadi perdebatan antara orang anti-tuhan dengan orang pro-tuhan, sehingga banyak logika berkembang untuk membuktikan keberadaan tuhan.
Periode klasik dimulai dari pandangan Socrates terhadap Tuhan, bahwasanya dia percaya akan adanya Tuhan dengan alasan alam ini teratur susunanya menurut wujud yang tertentu,  disitu ada campur tangan Tuhan. Segala yang tidak dapat diduga oleh otak manusia, dia percayakan kepada Tuhan.Menurut pandanganya jiwa manusia itu adalah bagian dari Tuhan yang menyusun alam.Tuhan itu dirasai sebagai suara dari dalam dan suara itu membimbing manusia dalam segala perbuatanya, itulah yang disebut daimonion.Pandangan sokrates ini ada sedikit pengaruh rasionalisme[10].kekuatan rasio Socrates yang cendrung menanyakan sebuah hakekat dari segala sesuatu maka tidak diragukan lagi, mengapa pada masanya Socrates disebut sebagai orang yang sesat sehingga ia rela minum racun karena diminta berhenti menyampaikan ajaran filsafatnya.
Tuhan dalam kepercayaan masyarakat Yunani kuno, lebih cendrung menganut faham politeisme, yaitu mempercayai banyak Tuhan atau dewa.Dari situlah mereka menggambarkan dewa atau Tuhan seperti manusia, inilah yang disebut antropomorfisme.Diantara Tuhan-Tuhan itu adalah Hides, Posaidon, Athena, Apollo, hermes dan masih banyak lagi kelompok-kelompok Tuhan yang disembah dan diangungkan dalam kelompok mereka[11].
            Ada sebagian masyarakat Yunani yang menyembah manusia atau sebagian dari mereka karena pahlawan dimasa tersebut dianggap sebagai manusi setengah dewa sehinnga masyrakat percaya bahwasanya roh-roh para pahlawan yang sudah gugur melindungi para penyembahnya, contohnya adalah Achilles, Odysseus serta banyak tokoh sejarah seperti jendral Leonidas kemudian filsuf seperti Democritus yang mana dari merekalah dijadikan sesembahan oleh masyarakat pada zaman tersebut, lebih tepatnya pada zaman Yunani kuno. Plato mengungkapkan pikiran orang-orang biasa sebagai berikut
“untuk mengetahui bagaimana mengatakan dan melakukan hal-hal yang berkenan bagi para dewa, baik dalam doa maupun persembahan itu adalah wujud kesholehan atau ketaatan yang membawa kemakmuran bagi negara maupun individu”[12]
            Orang-orang zaman yunani kuno percaya bahwa menyembah pada orang-orang terbaik semasa hidupnya yang telah meningal merupakan hal paling agung, karena mereka percaya bahwa para roh yang telah meninggal mampu membawa mereka pada jalan kedamaian, ketentraman dan kemakmuran bagi kehidupan masyarakat. Sesembahan ini, akan membawa ingatan kita pada kepercayaan nenek moyang kita yakni:  Animisme dan Dinamisme. 


Penutup 

Bahwa secara singkat Atomisme adalah Atom (tidak dapat dibagi) dan isme (faham), jadi Atomisme adalah faham tentang keberadaaan atom yang merupakan partikel terkecil dan tidak dapat dibagi, sedangkan pandangan Tuhan menurut Yunani kuno, pada Periode klasik dimulai dari pandangan Socrates terhadap Tuhan, bahwasanya dia percaya akan adanya Tuhan dengan alasan alam ini teratur susunannya menurut wujud yang tertentu,  disitu ada campur tangan Tuhan. Segala yang tidak dapat diduga oleh otak manusia, dia percayakan kepada Tuhan.Menurut pandanganya jiwa manusia itu adalah bagian dari Tuhan yang menyusun alam.Tuhan itu dirasai sebagai suara dari dalam dan suara itu membimbing manusia dalam segala perbuatanya, itulah yang disebut daimonion. Pandangan sokrates ini ada sedikit pengaruh rasionalisme




[1] Yusman Wiyatmo, Fisika Atom, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar : 2008)  hal 1
[2]Muhammada Baqir Sadr, Falsafatuna,terj. Arif Maulawi, (Yogyakarta; Rausyan Fikr Institute, 2013),, hal 310
[3]Muhammada Baqir Sadr, Falsafatuna,terj. Arif Maulawi, (Yogyakarta; Rausyan Fikr Institute, 2013), hal 296
[4] Muhammada Baqir Sadr, Falsafatuna, hal 295
[5] Yusman Wiyatmo, Fisika Atom, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar : 2008)  hal 5
[6] Seorang guru SMU di  Mahasiswa Manchester london, ia tekenal dengna teorinya yang membangkitkan kembali istilah atom yang terdapat dalam bukunya New sistem of cemecal philosopi
[7] Muhammada Baqir Sadr, Falsafatuna, hal 297
[8]  Muhammada Baqir Sadr, Falsafatuna,terj. M. Nur Muhammad Mufid bin Ali, (Bandung: Mizan, 1992), hal. 235
[9]Karen Armstrong, sejarah Tuhan, terj, (Bandung; Mizan, 2009) cet. xiii, hal. 27
[10] Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, (Jakarta; UI-Press, 1986), Hal. 84
[11]Charles Seignobos, Sejarah Peradaban Dunia Kuno, terj, (Yogyakarta; Indoleterasi, 2014), hal. 109
[12] Charles Seignobos  sejarah… hal. 117