Pada awalanya
teori tentang struktur materi tidak didasarkan pada hasil-hasil eksperimen.Para
ilmuwan mulai menyelidiki hubungan antara beberapa fenomina fisika seperti
kelistrikan dan kemagnetan mulai dikembangkan dalam model-model yang berbeda
tentang struktur atom[1].Sehingga banyak banyak tokoh
yang angkat bicara terkait materi atom, terutama Democrates yang dipercaya
orang pertama yang berbicara tentang atom.
Dalam pembuktian kita mengenai posisi Teologi,
titik awal kita adalah materi, dalam pengertian saintifik yang kualitas
aksidental dan umumnya dibuktikan oleh sains. Sekarang kita akan mempelajari
posisi teologi dengan keterangan pemikiran filosofis mengenai materi. Untuk tujuan
ini, kita harus mengetahui apa materi itu dan apa pemikiran ilmiah dan
filosofisnya[2].
Pembahasan
A
(tidak) tom (terbagi, dibagi).Atom adalah partikel yang sangat kecil dan tidak
dapat dibagi, dunia filsafat mengenalnya sebagi cikal bakal kehidupan.Atomisme
berasal dari dua kata yaitu Atom (tidak dapat dibagi) dan isme
(faham), jadi Atomismeadalah faham tentang keberadaaan atom yang
merupakan partikel terkecil dan tidak dapat dibagi, faham keberadaan atom telah
lama dicetuskan oleh para ilmuan, lebih tepatnya pada masa kejayaan filsafat Yunani
kuno yaitu Democritus dalam teorinya, bahwa suatu benda tersusun dari bagian
kecil yang ditembus oleh kehampaan, bagian ini “Atom” atau “bagian-bagian yang
tak dapat dibagi.[3]
Namun, keterbatasan
pemikiran manusia terdahulu yang berdasarkan empiris dan rasio, belum bisa
membuktikan secara real tentang hakekat dari suatu unsur dan atom, sehingga
dengan berjalanya waktu teori-teori Atom Yunani kunu mulai terbantahkan oleh
para ilmuan dewasa ini, dengan bukti-bukti eksperimenya yang berdasarkan pada ilmu-ilmu sains.
Ada
dua pemikiran sains mengenai materi yang telah dikaji atau dipelajari oleh para
ilmuwan selama ribuan tahun. Salah satu pemikiran ini adalah yang bersifat
materi dan diketahui ada di alam tersusun tiada lain dari sejumlah materi
sederhana yang terbatas disebut “unsur-unsur”. Pemikiran lainya
adalah materi dibentuk dari bagian yang sangat kecil dan disebut atom[4]. Pemikiran
utama diterima secara umum oleh orang Yunani yang dipercaya bahwa udara, api,
air dan bumi (tanah) adalah sumber utama dalam kehidupan mutlak karena
unsur-unsur tersebut adalah bahan utama alam. sedangkan pendapat yang kedua
hanya ada beberapa orang saja yang mempercayai keberadaan dan hakekat atom.
Dari
penelitian ribuan tahun, para ilmuan belum menemukan partikel yang kebih kecil
dari pada atom. Pada kurun waktu 2000 tahun teori tentang atom dari Demokritus
dan Leukipos ini tidak berkembang sama sekali karena orang masih percaya pada
Aristoteles yang tidak membenarkan konsep tentang atom.Baru pada abad ke 18, para
ilmuan mulai percaya karena konsep atom ini relevan dengan proses fisika dan
kimia[5].
John Dolton[6]dengan
hasil ekperimennya menunjukkan bahwa atom masih dapat dibagi menjadi
partikel-partikel eletron, proton dan neutron.Maka secara tidak
langsung runtuhlahteori yang mengatakan bahwa atom tidak dapat dibagi.Aristoteles
berpendapat bahwa suatu benda benda tidak memiliki atom dan tidak tersusun dari
bagian-bagian kecil, sebaliknya ia adalah benda solit yang yang bisa dibagi
menjadi bagian-bagian, dipisahkan oleh pembagian. Namun bukan karena pembagian
itu maka benda ini memiliki bagian-bagian tersebut.
Satuan
elektron adalah unit muatan negatif.Demikian pula, inti memiliki proton dan
neutron, proton adalah pertikel terkecil.Setiap saruan unit proton memuat satuan
satuan positif yang setara dengan muatan negatif eletron. Neutrom adalah jenih
partikel lain yang juga ada inti dan tidak mengandung muatan listrik apapun(bersifat
netral)[7].
Kalau kita mempertimangkan kesimpulan-kesimpulan ilmiah
tersebut, kita harus mempelajarinya secara filosofis, agar kita mengetahui:
apakah mungkin atau tidak mengasumsikan bahwa materi adalah sebab pertama alam?
Tidak ada keraguan bahwa jawaban filsafat terhadap pernyataan itu benar-benar
negtif. Hal ini karena materi primer alam adalah satu realitas tunggal yang
umum bagi seluruh fenomena dan entitas-entitas alam.[8]
Pada
mulanya, manusia menciptakan satu Tuhan yang merupakan penyebab pertama bagi segala sesuatu dan
penguasa langit dan bumi[9]. Wilhelm Schmidt dalam The Origin Of
The Idea Of God mengatakan bahwa telah ada satu monoteisme primitive
sebelum manusia mulai menyembah banyak dewa. Pada
awalnya mereka mempercayai hanya ada satu Tuhan tertinggi,
yang telah menciptakan dunia dan menata urusan manusia dari kejauhan. Dengan
berkembangnya pemikiran, maka mulai tergeserlah kepercayaan kepada Tuhan serta
pencarian Tuhan yang lebih tampak dan berwujud. Perkembangan pola pikir ini membawa mereka pada pemikiran
bahwa segala sesuatu ada karena sebab akibat (kausa), lantas keberadaan
tuhan untuk apa?, serta siapakah yang menciptakan tuhan?. Bahkan
pemikiran tentang kausa tidak berhenti pada ini saja, karena setelahnya mucul
juga teori biogenesis yang mengatakan bahwa segala mahluk hidup berawal dari
satu hal yang dipercaya menjadi cikal bakal kehidupan.
Perkembangan
pemikiran filsafat pada abad Yunani kuno bisa dikatakan, bahwa telah banyak
filosof yang mulai berfikir keberadaan sesuatu yang menggerakan kehidupan atau
dzat pencipta.Kegelisahan pemikiran yang semakin hari semakin berkembang
sehingga terbawalah ke arus pencarian tuhan walaupun Keberadaan tuhan menjadi
perdebatan antara orang anti-tuhan dengan orang pro-tuhan, sehingga banyak
logika berkembang untuk membuktikan keberadaan tuhan.
Periode
klasik dimulai dari pandangan Socrates terhadap Tuhan, bahwasanya dia percaya akan
adanya Tuhan dengan alasan alam ini teratur susunanya menurut wujud yang
tertentu, disitu ada campur tangan Tuhan.
Segala yang tidak dapat diduga oleh otak manusia, dia percayakan kepada Tuhan.Menurut
pandanganya jiwa manusia itu adalah bagian dari Tuhan yang menyusun alam.Tuhan
itu dirasai sebagai suara dari dalam dan suara itu membimbing manusia dalam
segala perbuatanya, itulah yang disebut daimonion.Pandangan sokrates ini
ada sedikit pengaruh rasionalisme[10].kekuatan
rasio Socrates yang cendrung menanyakan sebuah hakekat dari segala sesuatu maka
tidak diragukan lagi, mengapa pada masanya Socrates disebut sebagai orang yang
sesat sehingga ia rela minum racun karena diminta berhenti menyampaikan ajaran
filsafatnya.
Tuhan
dalam kepercayaan masyarakat Yunani kuno, lebih cendrung menganut faham
politeisme, yaitu mempercayai banyak Tuhan atau dewa.Dari situlah mereka
menggambarkan dewa atau Tuhan seperti manusia, inilah yang disebut antropomorfisme.Diantara
Tuhan-Tuhan itu adalah Hides, Posaidon, Athena, Apollo, hermes dan masih
banyak lagi kelompok-kelompok Tuhan yang disembah dan diangungkan dalam
kelompok mereka[11].
Ada sebagian masyarakat Yunani yang
menyembah manusia atau sebagian dari mereka karena pahlawan dimasa tersebut
dianggap sebagai manusi setengah dewa sehinnga masyrakat percaya bahwasanya
roh-roh para pahlawan yang sudah gugur melindungi para penyembahnya, contohnya
adalah Achilles, Odysseus serta banyak tokoh sejarah seperti jendral
Leonidas kemudian filsuf seperti Democritus yang mana dari merekalah dijadikan
sesembahan oleh masyarakat pada zaman tersebut, lebih tepatnya pada zaman Yunani
kuno. Plato mengungkapkan pikiran orang-orang biasa sebagai berikut
“untuk mengetahui bagaimana mengatakan dan melakukan
hal-hal yang berkenan bagi para dewa, baik dalam doa maupun persembahan itu
adalah wujud kesholehan atau ketaatan yang membawa kemakmuran bagi negara
maupun individu”[12]
Orang-orang
zaman yunani kuno percaya bahwa menyembah pada orang-orang terbaik semasa
hidupnya yang telah meningal merupakan hal paling agung, karena mereka percaya
bahwa para roh yang telah meninggal mampu membawa mereka pada jalan kedamaian,
ketentraman dan kemakmuran bagi kehidupan masyarakat. Sesembahan ini, akan
membawa ingatan kita pada kepercayaan nenek moyang kita yakni: Animisme dan Dinamisme.
Penutup
Bahwa secara singkat Atomisme
adalah Atom (tidak dapat dibagi) dan isme (faham), jadi Atomisme
adalah faham tentang keberadaaan atom yang merupakan partikel terkecil dan
tidak dapat dibagi, sedangkan pandangan Tuhan menurut Yunani kuno, pada Periode
klasik dimulai dari pandangan Socrates terhadap Tuhan, bahwasanya dia percaya
akan adanya Tuhan dengan alasan alam ini teratur susunannya menurut wujud yang
tertentu, disitu ada campur tangan
Tuhan. Segala yang tidak dapat diduga oleh otak manusia, dia percayakan kepada
Tuhan.Menurut pandanganya jiwa manusia itu adalah bagian dari Tuhan yang
menyusun alam.Tuhan itu dirasai sebagai suara dari dalam dan suara itu
membimbing manusia dalam segala perbuatanya, itulah yang disebut daimonion.
Pandangan sokrates ini ada sedikit pengaruh rasionalisme
[1] Yusman Wiyatmo, Fisika Atom, (Yogyakarta, Pustaka
Pelajar : 2008) hal 1
[2]Muhammada Baqir Sadr, Falsafatuna,terj. Arif
Maulawi, (Yogyakarta; Rausyan Fikr Institute,
2013),, hal 310
[3]Muhammada Baqir Sadr, Falsafatuna,terj. Arif
Maulawi, (Yogyakarta; Rausyan Fikr Institute,
2013), hal 296
[4] Muhammada Baqir Sadr, Falsafatuna,
hal 295
[5] Yusman Wiyatmo, Fisika Atom, (Yogyakarta, Pustaka
Pelajar : 2008) hal 5
[6] Seorang guru SMU di Mahasiswa Manchester london, ia tekenal
dengna teorinya yang membangkitkan kembali istilah atom yang terdapat dalam
bukunya New sistem of cemecal philosopi
[7] Muhammada Baqir Sadr, Falsafatuna,
hal 297
[8] Muhammada Baqir Sadr, Falsafatuna,terj. M.
Nur Muhammad Mufid bin Ali,
(Bandung:
Mizan, 1992), hal.
235
[9]Karen Armstrong, sejarah
Tuhan, terj, (Bandung; Mizan, 2009) cet. xiii, hal. 27
[10] Mohammad Hatta, Alam Pikiran
Yunani, (Jakarta; UI-Press, 1986), Hal. 84
[11]Charles Seignobos, Sejarah
Peradaban Dunia Kuno, terj, (Yogyakarta; Indoleterasi, 2014), hal. 109
[12] Charles Seignobos sejarah… hal. 117