Lamunan Bisu

Rabu, 04 Januari 2017

Pemuda dan Sosial Media

Jika mendengar kata pemuda, pandangan kita akan tertuju pada sifat  pemuda yang hedonisme, hura-hura, bertindak otoriter, banyak keceriaan dan glamor, Namun ada juga pemuda yang memilih ada dibelakang layar dan jauh dari sorot kegemerlapan. Pada hakekatnya pemuda  sangat diharapkan menjadi progresif sehingga mampu menjadi agent of  change dan  agent of control, mampu membangun kehidupan yang lebih baik dan peka terhadap kehidupan sekelilingnya serta mampu memperbaiki wacana menyimpang dimasyarakat. Tercapainya harapan luhur pengesepuh ini, menjadi toggak permasalahan sedari dulu.  Terlebih setelah banyak pemuda yang melupakan tugasnya sebagai pemuda.


Pergaulan pemuda yang semakin hari semakin tidak terkontrol. Misalnya, dari laku-hidup yang mulai tercampuri dengan gaya barat dan bebasnya pergaulan para pemuada dalam mengatur gaya hidupnya, apalagi pesatnya perkembangan IPTEK serta hadirnya smartpone yang menjanjikan keunggulannya masing-masing. Terlebih, setelah beredarnya sosial media yang telah berhasil membuat pemuda candu seperti halnya NARKOBA yang mampu membuat para penggunanya kecanduan dan lupa waktu untuk mengerjakan pekerjaan lain, termasuk belajar serta pekerjaan-pekerjaan yang lebih bermanfaat.
Perkembangan sosial media yang semakin canggih sehingga tiada bosan para pemuda ikut terlibat dan aktif dalam sosial media. Karena di sosial media para pemuda mulai dikenalkan dengan berbagai warna dan luasnya dunia, bagi jiwa muda yang masih labil, sosial media  menjadi pilihan sangat pas bangi para pemuda yang membutuhkan kebebasan berekspresi, berkreasi dan mengungkapkan semua opini membeku dalam benaknya.
Tetapi nampaknyan kebebasan ini salah digunakan oleh pemuda, awalnya mereka berkreasi biasa saja, namun paada akhirnya melakukan segala hal yang diingini. Misalnya, upload foto yang tidak sewajarnya, update status seamaunya sehingga ada unsur SARA bahkan digunakan sebagai alat untuk menipu.
Peran dan Perkebanganya Dalam Hidup
Sebagai Individu yang masih labil,  pemuda sering bertindak semaunya, karena pada hakekatnya pemuda menginginkan kebebasan. Dari mayoritas pemuda, mereka mengalami konflik dengan spritualnya, yakni kekurang pedulian generasi muda terhadap masa depan. Pertumbuhan dan Perkembangan kepri badian pemuda dipengaruhi faktor intern-psikologik. Eksistensi manusia selama berinteraksi dangan alam sekitar tempat dia berada, dalam relasi itu sangat berperan situasi. Situasi merupakan hal yang pokok dalam segala keterangan psikologi, serta mengatakan bahwa manusia eksis (berada).  Selalu menepati ruag dan waktu.
Pemuda telah kehilangan arah, jauh melesat yag dihrapkan para pendiri bangsa dengan tujuan dan cita-citanya yang mulia. Pemuda disematkan pada bahunya tapuk ke pemimpinan, kini tidak berdaya, tak sehebat dulu, tak sehebat burug pemda yang mencengkram asas-asas bangsa.[1]
Sehingga dalam perkembangan intern-psikologik, peran keluarga sangat fudemintal karena yang memperkenalkan dan membentuk perwatakan pemuda berawal dari keluarga dan lingkungan. Tetapi dengan berkembangnya psikologi serta hasrat pemuda untuk berubah, maka pergaulan antar teman juga sangat berpengaruh. Sehingga dapat kita temukan pemuda yang awalnya baik-baik saja, karena salah pergaulan mereka berubah 180 derajat.
Jika dalam keluaga peran pemuda sangat sentaral begitupun di tatanan Masyarakat, karena hakekatnya, masyarakat adalah kumpulan dari beberapa keluarga sehingga membentuk satu kelompok yang dinamakan masyarakat. Disisi lain secara tidak langsung, pemuda mempunya tanggungan dalam masyarakat kerena suatu ketika generasi muda akan mengambil alih posisi yang saat ini sedang dipimpin oleh generasi tua.
Perkembangan Teknologi
Seiring perkembangan zaman, teknologi yang semakin maju membuat kemajuan komunikasi yang sangat pesat saat ini. Hal ini telah melanda di seluruh dunia. Semua orang dapat mengetahui informasi dari berbagai belahan dunia dalam waktu yang sangat cepat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya social media yang sangat berkembang pesat, seperti twitter, Facebook, path, pinterest, instagram, yahoo mail, blackberry massenger, line, wechat dan lain-lain. Dalam hal ini semua orang bebas untuk memiliki social media tersebut secara gratis maupun berbayar. Fungsi dari social media ini memiliki satu tujuan menyebarkan dan menyalurkan informasi serta berbagi dengan teman-teman meskipun berbeda jarak dan waktu. Indonesia juga tidak luput dari perkembangan zaman ini. Hampir rata-rata orang Indonesia menikmati social media ini bahkan telah menjadi kebutuhan. Kaum muda menganggap ini adalah trend. Jadi, hampir rata-rata setiap orang memiliki lebih dari satu social media. Berdasarkan hasil riset membuktikan bahwa Indonesia berada di urutan keempat pengguna Facebook terbanyak di dunia dan urutan kelima untuk pengguna Twitter. Ini ialah link mengenai riset tersebut http://artikelinformasi.com/riset-pengguna-social-media-2013/.[2]
Ketergantungan Pemuda Menggunakan Sosial Media
Ketergantungan pemuda terhadap sisoal media dengan perkembangan semakin menghegomoni, menjadi permasalahan sangat serius dalam dasawarsa ini. terlebih, realisasi pemuda yang telah Over-Use terhadap sosial media,  membuat anak muda semakin aktif dalam perkembangan terbaru didunia. tetapi, tidak dapat dipugkiri juga bahwa ada anak muda hanya menggunakan sosial media sebagai sarana pembelajaran dan tukar pemikiran dengan orang lain. dominasi pemuda terhadap sosial media telah menjadikan mereka biner antara mau belajar atau melanjutkan keasyikanya aktif dalam sosial media. Sehingga dapat dengan mudah kita melihat bagaimana ketergantungan pemuda terhadap sosial media. Misalnya ketika ada isu tentang kenegaraan, politik, bahkan yang hanya bersifat permainan.  Seperti yang dipaparkan oleh alumni Ilmu Komunikasi UMY 2003
“Anak muda sebagai netizen yang paling banyak mempunyai kecenderungan memberikan pengaruh ke sesama pengguna media sosial dalam partisipasi politiknya. Jika di media televisi pada tahun 2014 partisipasi politik dari media tersebut sangat terlihat, hal inilah yang juga ikut mempengaruhi politik anak muda di masa kini. Partisipasi dan peran anak muda dalam perkembangan politik saat ini bisa terlihat dari media sosial,” [3].
Tidak dapat dipungkiri juga gesekan antar teman membawa mereka untuk bergikir kekinian dan terlibat aktif dalam menggunakan sosial media. Misalnya, ada salah satu teman yang mengejek temanya karena tidak menggunakan sosial media. Namun ada juga teman yang membawa temanya pada titik dimana dia harus mengenali dirinya dan tidak selalu terlibat aktif di sosial media. Namun yang sangat nampak bahwa, gesekan zaman yang semakin modern seakan mengharuskan pemuda untuk menggunakan sosial media, misalnya ditingkat kampus yang lebih mempreoritaskan segala info kampus, harus diakses di sosial media daripada memberi pengumuman di majalah dinding (mading). Diperjelas lagi, seakan terjadi dikotomi antar teman-teman yang bersosial media daripada yang tidak bersosial media. Seakan yang bersosial media, menggap dirinya lebih modern sehingga ada kerenggangan dengan orang-orang yang melepasakan dirinya dari sosial media.
Pengaruh Sosial Media Terhadap Pemuda
            Dewasa ini, pengguna sosial media yang semakin banyak serta didominasi oleh pemuda, telah berpengaruh terhadap perkembangan spritual pemuda. Terlebih pengaruh negatif terhadap psikis pemuda. Misalnya pemuda Hodesnisme, bermanja dan tidak mau mangerjakan yang lain karena keasyikan aktif dalam sosial media, sehingga yang diharapkan hanya kesengan semata dan bersifat cules. maka Egiosme dan Berkurangnya minat belajar pada pemuda sangat nampak, karena waktu luang dipergunakan dengan bersosial media.
Jika kita melihat kesejarah, Founding Fathers kita, bung karno pernah berkata “berikan aku 10 pemuda,maka akan aku guncang dunia ini”. besar harapan bung karno pada pemuda menjadi pemuda militan. Namun ini, sudah mulai pudar dimakan zaman.  Berkurangnya pemuda melitan, salah satu penyebabnya adalah sosial media dan kepekaan pemuda terhadap wacana sosial. Maka pemuda yang dikenal dengan zonepoliticon, tetapi saat ini sudah tergeser dan tidak semenarik aktif dalam sosial media. Walaupun tidak kita pungkiri, bahwa sosial menjadi nuansa baru di awal abad ke 20 ini, dengan banyaknya sisi negagatif dalam sosial media tetapi ada jugasisi positifnya juga, seperti kita dapat dengan mudah memberi-mendapatkan informasi, bertanya kabar, dan berseni. Hanya yang di gunakan berlebihanlah akan menjadi dampak negatif, tetapi jika penggunaan sosial media dengan pronesis dan digunakan ketika butuh dan buan untuk terlarut didalamnya, maka sosial media sangat bermanfaat.
Cara mengurangi ketergantungan pada sosial media
Budaya, pendidikan dan agama merupakan tiga bidang yang berkaitan atu sama ain. Ketiga-tiga berkaitan pada tigkat nilai-nili yang sangat penting bagi manusia dalam berbagai aspek kehidupanya budaya atau kebudayaan pada umumnya mengcakup nilai-nilai luhur yang secara tradisonal menjadi panutan bagi masyarakat.[4] Jika Pemuda  berpegag teguh, maka akan didapati pemuda yang tidak lagi manja-manja dan malas belajar.akan banyak pemuda progresif yang akan mambawa hidunya pada jalan terbaik.
Ada banyak cara agar kita tidak berlebihan dalam menggunkan sosial media, namun cara yang paling efektif adalah kesadaran dari dalam diri sendiri. Setelah itu itu barulah kita Mulailah mengatur jam menggunakan sosialmedia, Mulailah mengatur waktu belajar, Carilah aktifitas lain yang sekiranya lebhih bermanfaat, dan Mulailah berbaur dengn masyarakat luas sehingga fikiran tentang keasyikan bersosial media mulai luntur serta tidak lagi menjadi suatu yang paling berharga.  
.




[1] Adyaksa Dault, Smangat Indonesia Bersatu, (Jakarta: Kemenegpora,2009 ), hal 19
[2] https://www.change.org/p/pemuda-indonesia-yang-semakin-apatis-membuat-bangsa-indonesia-terhanyut, (22 desember 2006, 23;34)
[4] Ayumardi Arza, Pembangunan Kearakter Bangsa, (Jakarta: Kemenegpora,2009 ), hal 55