Jika mendengar kata pemuda, pandangan kita akan tertuju pada sifat pemuda yang hedonisme, hura-hura, bertindak otoriter, banyak keceriaan dan glamor, Namun ada juga pemuda yang memilih ada dibelakang layar dan jauh dari sorot kegemerlapan. Pada hakekatnya pemuda sangat diharapkan menjadi progresif sehingga mampu menjadi agent of change dan agent of control, mampu membangun kehidupan yang lebih baik dan peka terhadap kehidupan sekelilingnya serta mampu memperbaiki wacana menyimpang dimasyarakat. Tercapainya harapan luhur pengesepuh ini, menjadi toggak permasalahan sedari dulu. Terlebih setelah banyak pemuda yang melupakan tugasnya sebagai pemuda.
Pergaulan
pemuda yang semakin hari semakin
tidak terkontrol. Misalnya, dari laku-hidup yang mulai tercampuri
dengan gaya barat dan bebasnya pergaulan para pemuada dalam mengatur gaya
hidupnya, apalagi pesatnya perkembangan
IPTEK serta hadirnya smartpone yang menjanjikan keunggulannya masing-masing.
Terlebih, setelah beredarnya sosial media yang telah berhasil membuat pemuda candu seperti halnya NARKOBA yang mampu membuat para penggunanya
kecanduan dan lupa waktu untuk mengerjakan pekerjaan lain, termasuk belajar
serta pekerjaan-pekerjaan yang lebih bermanfaat.
Perkembangan sosial media yang semakin canggih
sehingga tiada bosan para pemuda ikut terlibat dan aktif dalam sosial media.
Karena di sosial media para pemuda mulai
dikenalkan dengan berbagai warna dan luasnya dunia, bagi jiwa muda yang masih labil, sosial media menjadi pilihan sangat pas bangi para pemuda yang
membutuhkan kebebasan berekspresi, berkreasi dan mengungkapkan semua opini
membeku dalam benaknya.
Tetapi nampaknyan kebebasan ini salah digunakan oleh
pemuda, awalnya mereka berkreasi biasa saja, namun paada akhirnya melakukan
segala hal yang diingini. Misalnya, upload foto yang tidak
sewajarnya, update status seamaunya
sehingga ada unsur SARA bahkan digunakan sebagai alat untuk menipu.
Peran dan Perkebanganya Dalam Hidup
Sebagai Individu yang masih labil, pemuda sering bertindak semaunya, karena pada
hakekatnya pemuda menginginkan kebebasan. Dari mayoritas pemuda, mereka
mengalami konflik dengan spritualnya, yakni kekurang pedulian generasi muda
terhadap masa depan. Pertumbuhan dan Perkembangan kepri badian pemuda
dipengaruhi faktor intern-psikologik. Eksistensi manusia selama berinteraksi
dangan alam sekitar tempat dia berada, dalam relasi itu sangat berperan
situasi. Situasi merupakan hal yang pokok dalam segala keterangan psikologi,
serta mengatakan bahwa manusia eksis (berada).
Selalu menepati ruag dan waktu.
Pemuda telah kehilangan arah, jauh melesat yag dihrapkan
para pendiri bangsa dengan tujuan dan cita-citanya yang mulia. Pemuda
disematkan pada bahunya tapuk ke pemimpinan, kini tidak berdaya, tak sehebat
dulu, tak sehebat burug pemda yang mencengkram asas-asas bangsa.[1]
Sehingga dalam perkembangan intern-psikologik, peran
keluarga sangat fudemintal karena yang memperkenalkan dan membentuk perwatakan pemuda
berawal dari keluarga dan lingkungan. Tetapi dengan berkembangnya psikologi
serta hasrat pemuda untuk berubah, maka pergaulan antar teman juga sangat
berpengaruh. Sehingga dapat kita temukan pemuda yang awalnya baik-baik saja,
karena salah pergaulan mereka berubah 180 derajat.
Jika dalam keluaga peran pemuda sangat sentaral begitupun
di tatanan Masyarakat, karena hakekatnya, masyarakat adalah kumpulan dari
beberapa keluarga sehingga membentuk satu kelompok yang dinamakan masyarakat.
Disisi lain secara tidak langsung, pemuda mempunya tanggungan dalam masyarakat
kerena suatu ketika generasi muda akan mengambil alih posisi yang saat ini
sedang dipimpin oleh generasi tua.
Perkembangan Teknologi
Seiring perkembangan zaman, teknologi yang semakin maju membuat
kemajuan komunikasi yang sangat pesat saat ini. Hal ini telah melanda di
seluruh dunia. Semua orang dapat mengetahui informasi dari berbagai belahan
dunia dalam waktu yang sangat cepat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya social
media yang sangat berkembang pesat, seperti twitter, Facebook, path, pinterest,
instagram, yahoo mail, blackberry massenger, line, wechat dan lain-lain. Dalam
hal ini semua orang bebas untuk memiliki social media tersebut secara gratis
maupun berbayar. Fungsi dari social media ini memiliki satu tujuan menyebarkan
dan menyalurkan informasi serta berbagi dengan teman-teman meskipun berbeda
jarak dan waktu. Indonesia juga tidak luput dari perkembangan zaman ini. Hampir
rata-rata orang Indonesia menikmati social media ini bahkan telah menjadi
kebutuhan. Kaum muda menganggap ini adalah trend. Jadi, hampir rata-rata setiap
orang memiliki lebih dari satu social media. Berdasarkan hasil riset
membuktikan bahwa Indonesia berada di urutan keempat pengguna Facebook
terbanyak di dunia dan urutan kelima untuk pengguna Twitter. Ini ialah link
mengenai riset tersebut http://artikelinformasi.com/riset-pengguna-social-media-2013/.[2]
Ketergantungan
Pemuda Menggunakan Sosial Media
Ketergantungan pemuda terhadap sisoal media dengan perkembangan semakin
menghegomoni, menjadi permasalahan sangat serius dalam dasawarsa ini. terlebih,
realisasi pemuda yang telah Over-Use terhadap sosial media, membuat anak muda semakin aktif dalam
perkembangan terbaru didunia. tetapi, tidak dapat dipugkiri juga bahwa ada anak
muda hanya menggunakan sosial media sebagai sarana pembelajaran dan tukar
pemikiran dengan orang lain. dominasi pemuda terhadap sosial media telah
menjadikan mereka biner antara mau belajar atau melanjutkan keasyikanya
aktif dalam sosial media. Sehingga dapat dengan mudah kita melihat bagaimana ketergantungan
pemuda terhadap sosial media. Misalnya ketika ada isu tentang kenegaraan,
politik, bahkan yang hanya bersifat permainan.
Seperti yang dipaparkan oleh alumni Ilmu Komunikasi UMY 2003
“Anak muda sebagai netizen yang paling banyak mempunyai kecenderungan
memberikan pengaruh ke sesama pengguna media sosial dalam partisipasi
politiknya. Jika di media televisi pada tahun 2014 partisipasi politik dari
media tersebut sangat terlihat, hal inilah yang juga ikut mempengaruhi politik
anak muda di masa kini. Partisipasi dan peran anak muda dalam perkembangan
politik saat ini bisa terlihat dari media sosial,” [3].
Tidak dapat dipungkiri juga gesekan antar teman membawa mereka untuk
bergikir kekinian dan terlibat aktif dalam menggunakan sosial media. Misalnya,
ada salah satu teman yang mengejek temanya karena tidak menggunakan sosial
media. Namun ada juga teman yang membawa temanya pada titik dimana dia harus
mengenali dirinya dan tidak selalu terlibat aktif di sosial media. Namun yang
sangat nampak bahwa, gesekan zaman yang semakin modern seakan mengharuskan
pemuda untuk menggunakan sosial media, misalnya ditingkat kampus yang lebih
mempreoritaskan segala info kampus, harus diakses di sosial media daripada
memberi pengumuman di majalah dinding (mading). Diperjelas lagi, seakan terjadi
dikotomi antar teman-teman yang bersosial media daripada yang tidak bersosial
media. Seakan yang bersosial media, menggap dirinya lebih modern sehingga ada
kerenggangan dengan orang-orang yang melepasakan dirinya dari sosial media.
Pengaruh
Sosial Media Terhadap Pemuda
Dewasa
ini, pengguna sosial media yang semakin banyak serta didominasi oleh pemuda, telah
berpengaruh terhadap perkembangan spritual pemuda. Terlebih pengaruh negatif
terhadap psikis pemuda. Misalnya pemuda Hodesnisme, bermanja dan tidak mau
mangerjakan yang lain karena keasyikan aktif dalam sosial media, sehingga yang
diharapkan hanya kesengan semata dan bersifat cules. maka Egiosme dan Berkurangnya
minat belajar pada pemuda sangat nampak, karena waktu luang dipergunakan dengan
bersosial media.
Jika kita melihat kesejarah, Founding Fathers
kita, bung karno pernah berkata “berikan aku 10 pemuda,maka akan aku guncang
dunia ini”. besar harapan bung karno pada pemuda menjadi pemuda militan. Namun
ini, sudah mulai pudar dimakan zaman. Berkurangnya
pemuda melitan, salah satu penyebabnya adalah sosial media dan kepekaan pemuda
terhadap wacana sosial. Maka pemuda yang dikenal dengan zonepoliticon, tetapi
saat ini sudah tergeser dan tidak semenarik aktif dalam sosial media. Walaupun
tidak kita pungkiri, bahwa sosial menjadi nuansa baru di awal abad ke 20 ini,
dengan banyaknya sisi negagatif dalam sosial media tetapi ada jugasisi positifnya
juga, seperti kita dapat dengan mudah memberi-mendapatkan informasi, bertanya
kabar, dan berseni. Hanya yang di gunakan berlebihanlah akan menjadi dampak
negatif, tetapi jika penggunaan sosial media dengan pronesis dan digunakan
ketika butuh dan buan untuk terlarut didalamnya, maka sosial media sangat
bermanfaat.
Cara mengurangi ketergantungan pada sosial media
Budaya, pendidikan dan agama merupakan tiga bidang yang
berkaitan atu sama ain. Ketiga-tiga berkaitan pada tigkat nilai-nili yang
sangat penting bagi manusia dalam berbagai aspek kehidupanya budaya atau
kebudayaan pada umumnya mengcakup nilai-nilai luhur yang secara tradisonal
menjadi panutan bagi masyarakat.[4]
Jika Pemuda berpegag teguh, maka akan didapati
pemuda yang tidak lagi manja-manja dan malas belajar.akan banyak pemuda
progresif yang akan mambawa hidunya pada jalan terbaik.
Ada banyak cara agar kita tidak berlebihan dalam
menggunkan sosial media, namun cara yang paling efektif adalah kesadaran dari
dalam diri sendiri. Setelah itu itu barulah kita Mulailah mengatur jam
menggunakan sosialmedia, Mulailah mengatur waktu belajar, Carilah aktifitas
lain yang sekiranya lebhih bermanfaat, dan Mulailah berbaur dengn masyarakat
luas sehingga fikiran tentang keasyikan bersosial media mulai luntur serta
tidak lagi menjadi suatu yang paling berharga.
.